Rabu 12 Dec 2018 03:56 WIB

Khashoggi dan Sejumlah Jurnalis Masuk Person of the Year

Khashoggi dikenal sangat kritis terhadap kebijakan otoritas Saudi.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Jamal Khashoggi
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jamal Khashoggi beserta jurnalis lainnya menjadi Person of the Year 2018 versi majalah Time. Mereka dinilai berdedikasi tinggi meski ada perang terhadap fakta dan rintangan luar biasa selama liputan, termasuk kekerasan dan pemenjaraan.

Dilansir New York Times/ ada empat jurnalis dan satu media yang ditetapkan sebagai TIME Person of the Year 2018. Diantaranya Jamal Khashoggi, wartawan senior Saudi dan kolumnis The Washington Post yang dibunuh di dalam Konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober lalu. Khashoggi dikenal sangat kritis terhadap kebijakan otoritas Saudi.

Selanjutnya ada Maria Ressa, pendiri Rappler yang diserang oleh presiden otoriter Filipina. Sebab, Rappler merupakan situs berita independen di Filipina yang sangat kritis terhadap pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte.

Kemudia dua wartawan Reuters yakni U Wa Lone dan U Kyaw Soe Oo, yang dipenjara di Myanmar setelah melaporkan pembantaian pria Muslim. Keduanya kini ditahan dan diadili karena dianggap melanggar Undang-Undang Rahasia Negara dengan menyelidiki dan melaporkan kekejaman yang dialami etnis minoritas Rohingya.

Serta media Capital Gazette of Annapolis, Maryland, Amerika Serikat (AS), di mana lima jurnalis dan satu staf surat kabar tersebut ditembak mati pada Juni lalu. Ketika seorang pria bersenjata melakukan penembakan brutal di dalam kantor mereka.

“Kami memilih untuk menyoroti empat individu dan satu kelompok yang telah mengambil risiko besar dalam mengejar kebenaran yang lebih besar,” ujar Pemimpin Redaksi dan Kepala Eksekutif Time, Edward Felsenthal dalam acara pengumuman di NBC Today pada Selasa (11/12) waktu setempat.

"Menjadi jelas bahwa manipulasi dan penyalahgunaan kebenaran adalah benang merah dari begitu banyak kisah utama tahun ini, dari Rusia ke Riyadh ke Silicon Valley," lanjut Edward.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement