Senin 18 Feb 2019 15:39 WIB

Iran Minta Eropa Pertahankan Kesepakatan Nuklir

Eropa meluncurkan saluran pembiayaan alternatif untuk menghindari sanksi AS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, MUNCHEN -- Iran meminta Uni Eropa melakukan lebih banyak upaya untuk mempertahankan kesepakatan nuklirnya. Teheran juga meminta agar Eropa bersikap lebih tegas terhadap tekanan diplomatik Amerika Serikat (AS).

Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan, setelah AS hengkang dari kesepakatan nuklir kemudian memberlakukan sanksi ekonomi terhadap negaranya, Eropa memang telah berusaha mempertahankan kerja sama perdagangan dengan Teheran. Upaya paling terbaru adalah dengan meluncurkan saluran pembiayaan alternatif Instex.

Baca Juga

Saluran tersebut sengaja diciptakan Eropa guna mempertahankan perdagangan dengan Iran, yang jelas menentang sanksi AS. Namun Zarif menilai hal tersebut belum cukup. "Instex tidak memenuhi komitmen dari EU 3 (Jerman, Prancis, AS) untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir. Eropa perlu rela basah jika ingin berenang melawan gelombang berbahaya unilateralisme AS," katanya saat berbicara di Konferensi Keamanan di Munchen, Jerman, Ahad (17/2), dikutip laman Anadolu Agency.

Dalam konferensi tersebut, turut hadir Wakil Presiden AS Mike Pence. Bertentangan dengan Iran, Pence mendesak Uni Eropa untuk segera hengkang dari kesepakatan nuklir Iran.

"Sudah tiba waktunya bagi mitra Eropa kami untuk berdiri bersama kami dan dengan rakyat Iran. Sudah saatnya bagi mitra Eropa untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran," ujar Pence.

Dia pun menyayangkan upaya Eropa membangun jalur alternatif untuk tetap melakukan perdagangan dengan Iran. "Ini adalah langkah keliru yang hanya akan memperkuat Iran, melemahkan Uni Eropa, dan menciptakan jarak yang lebih jauh antara Eropa dan AS," katanya.

Presiden AS Donald Trump telah menarik negaranya dari kesepakatan nuklir Iran pada Mei tahun lalu. Trump menilai kesepakatan nuklir Iran atau dikenal dengan istilah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) cacat. Sebab, kesepakatan itu tidak mengatur tentang program rudal balistik Teheran.

Setelah mundur dari JCPOA, AS kemudian memberlakukan kembali sanksi ekonomi berlapis untuk Iran. Salah satu tujuan dari sanksi itu adalah menekan ekspor minyak Iran. 

JCPOA disepakati pada Oktober 2015. Kesepatan tersebut dicapai melalui negosiasi yang panjang dan alot antara Iran dengan AS, Cina, Rusia, Jerman, Prancis, Inggris, dan Uni Eropa. Inti dari JCPOA adalah memastikan bahwa penggunaan nuklir Iran terbatas untuk kepentingan sipil, bukan militer. Sebagai imbalannya, sanksi ekonomi Iran akan dicabut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement