Selasa 05 Feb 2019 18:23 WIB

Denuklirisasi Masih Jadi Pembahasan dalam Pertemuan AS-Korut

Korut dinilai belum mengambil langkah konkret untuk menghentikan program nuklir.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Pencitraan satelit yang dirilis pada 30 Maret 2018 yang menunjukkan lokasi uji coba nuklir Punggye-ri, Korea Utara
Foto: ABC News
Pencitraan satelit yang dirilis pada 30 Maret 2018 yang menunjukkan lokasi uji coba nuklir Punggye-ri, Korea Utara

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Korea Utara Stephen Biegun akan terbang ke Pyongyang untuk membahas persiapan pertemuan puncak antara Presiden Donald Trump, dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada akhir Februari 2019. Biegun akan membahas persiapan tersebut dengan Kim Hyok Chol yang merupakan utusan dari pemimpin negara tersebut.

Biegun mengatakan, pertemuan tersebut bertujuan untuk memetakan hasil konkret kerja sama kedua negara. Selain itu, AS dan Korea Utara juga akan membahas peta jalan atau roadmap tentang negosiasi ke depannya.

"Pertemuan ini bertujuan untuk membahas peta jalan negosiasi dan deklarasi ke depan, sekaligus pemahaman bersama tentang hasil yang diinginkan bersama," ujar Biegun, dilansir Reuters, Selasa (5/2).

Biegun menambahkan, Kim Jong Un telah menerima kunjungan kerja Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Oktober 2018 lalu. Ketika itu, Kim mengajak Pompeo untuk meninjau pembongkaran fasilitas plutonium dan uranium di Korea Utara.

Kala Rusia-AS Tangguhkan Perjanjian Nuklir

"Langkah-langkah seperti itu akan menjadi subjek pembicaraan, dan kami bersedia membahas banyak hal untuk meningkatkan hubungan dan membujuk Pyongyang menyerahkan senjata nuklirnya," kata Biegun.

Selain itu, Biegun juga akan meminta daftar program senjata Korea Utara. Adapun menurutnya, pertemuan pertama antara Trump dan Kim Jong Un di Singapura beberapa waktu lalu menghasilkan komitmen yang masih samar.

Dalam pandangan AS, Korea Utara belum mengambil langkah konkret untuk menghentikan program senjata nuklir. Sementara itu, di sisi lain Korea Utara menilai AS tidak memberikan imbal balik atas penutupan fasilitas pengujian nuklir dan rudal, serta pembongkaran beberapa fasilitas nuklir.

Beberapa waktu lalu, Direktur Intelijen Nasional AS, Dan Coats mengatakan kepada Kongres bahwa Korea Utara tidak mungkin menyerahkan semua senjata nuklirnya. Coats berpendapat, nuklir Korea Utara masih menjadi ancaman bagi AS.

Adapun, pertemuan kedua antara Trump dan Kim Jong Un akan digelar pada akhir Februari 2019. Diperkirakan, keduanya akan bertemu di sebuah resor di Kota Da Nang, Vietnam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement