Rabu 29 Aug 2018 17:23 WIB

Krisis Venezuela Parah, Brazil Kirim Militer ke Perbatasan

Brazil menerima puluhan ribu pengungsi dari Venezuela.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Ikustrasi krisis Venezuela.
Foto: Reuters
Ikustrasi krisis Venezuela.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Pemerintah Brazil berencana mengirimkan militer ke perbatasan Venezuela. Hal itu dilakukan guna menjamin penegakan hukum dan peraturan di tengah membeludaknya jumlah warga setempat yang mengungsi meninggalkan negara.

"Masalah yang dihadapi Venezuela bukan lagi merupakan isu politik dalam negeri. Itu merupakan ancaman harmonisasi seluruh benua," kata Presiden Michel Brazil Michel Temer dalam sebuah siaran televisi seperti diwartakan BBC, Rabu (29/8).

Michel Temer mengatakan, krisis yang melanda Venezuela mengancam perdamaian di seantero Amerika Selatan. Kebijakan itu juga dilakukan menyusul pecahnya konflik antara warga lokal dan pengungsi Venezuela beberapa waktu lalu.

Peristiwa itu membuat pemerintah pusat Brazil mengirimkan satuan tentara dalam jumlah kecil untuk mengendalikan konflik yang terjadi. Pada Selasa (28/8) kemarin, Presiden Temer juga telah mengeluarkan dekrit yang berisi tentang pengerahan militer selama dua pekan di Pacaraima, utara negara bagian Roraima.

"Di samping untuk menegakan hukum dan peraturan, pengerahan militer juga dilakukan guna menjamin keselamatan migran Venezuela," katanya.

Meski demikian, belum ada keterangan lebih lanjut jumlah personel militer yang dikerahkan di perbatasan tersebut. Dari total 34,2 juta warga Venezuela, sebanyak 2,3 juta warga telah melarikan diri sejak 2014 lalu. Brazil kini menampung sekitar 60 ribu pengungsi itu.

Eksodus warga Venezuela terjadi menyusul hiperinflasi yang terjadi di negara tersebut. Warga terpaksa meninggalkan negara mereka dan mencari suaka ke negara seperti Peru, Kolombia, Argentina, Cile, Brazil, hingga Amerika Serikat (AS) dan Spanyol.

Hiperinflasi yang terjadi menjerumuskan nilai tukar mata uang lokal, bolivar terhadap dolar AS. Tingkat inflasi negara rata-rata mencapai 83.000 persen hingga Juli lalu. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi angka itu akan terus meningkat mencapai 1 juta persen pada akhir tahun nanti.

Saat ini, satu dolar AS senilai dengan 248.520 bolivar. Kondisi itu membuat warga harus mengeluarkan uang sebesar 2,5 juta bolivar untuk secangkir kopi dan 14,6 juta bolivar untuk seekor ayam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement