Rabu 29 Aug 2018 19:39 WIB

Krisis Venezuela, Presiden Brasil Salahkan Maduro

Brasil mengirimkan pasukan militer ke perbatasan Venezuela.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang warga Venezuela menyuapi anaknya di dalam bus yang membawa mereka menuju Peru pada Jumat (24/8) waktu setempat. Ribuan orang telah menyeberang ke Peru beberapa jam sebelum pihak berwenang mulai menegakkan aturan baru.
Foto: AP Photo/Martin Mejia
Seorang warga Venezuela menyuapi anaknya di dalam bus yang membawa mereka menuju Peru pada Jumat (24/8) waktu setempat. Ribuan orang telah menyeberang ke Peru beberapa jam sebelum pihak berwenang mulai menegakkan aturan baru.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Pemerintah Brasil mengerahkan pasukan militernya ke perbatasan Venezuela. Hal itu dilakukan sehubungan dengan masuknya imigran dari Venezuela yang tengah dilanda krisis.

Dalam sebuah pidato pada Selasa (28/8), Presiden Brasil Michel Temer mengatakan, situasi tragis di Venezuela telah mengancam perdamaian di seluruh Amerika Selatan. "Masalah Venezuela bukan lagi salah satu (isu) politik dalam negeri. Ini adalah ancaman bagi seluruh benua," ujarnya.

Ia secara khusus menyalahkan kepemimpinan Presiden Venezuela Nicholas Maduro atas terjadinya krisis migrasi. Jutaan warga Venezuela telah meninggalkan negaranya. Mereka mengungsi ke negara-negara tetangga dengan alasan hiperinflasi, kekurangan obat-obatan serta makanan di negaranya. Salah satu negara yang dituju oleh imigran Venezuela adalah Brasil.

Baca juga, Ekonomi Kacau, Warga Venezuela Beramai-ramai ke Brasil.

Namun kedatangan mereka tidak serta merta diterima warga Brasil yang tinggal di perbatasan. Mereka diserang dan akhirnya terlibat bentrokan. Kejadian itu pula yang akhirnya mendorong Temer mengirim pasukan ke kota Pacaraima, tempat kerusuhan terjadi.

Temer pun telah menandatangani sebuah dekrit untuk menempatkan pasukan militer di sepanjang jalan perbatasan dan federal di negara bagian Roraima di utara. "Selain memastikan keamanan Brasil, peran tentara juga untuk menjaga keselamatan para imigran Venezuela," ujar Temer.

Gelombang imigran Venezuela juga memasuki Kolombia dan Peru. Saat ini terdapat hampir 1 juta warga Venezuela yang tinggal di Kolombia dan lebih dari 400 ribu orang di Peru. Khusus mereka yang berada di Peru, hanya sekitar 178 ribu orang yang memiliki izin tinggal atau sedang dalam proses mendapatkan izin.

Bulan ini, Peru dan Ekuador mulai meminta paspor, bukan kartu identitas nasional kepada para imigran Venezuela. Menurut lembaga imigrasi Peru, setelah aturan paspor diberlakukan, jumlah imigran yang datang ke negara tersebut turun drastis, yakni sekitar 1.630 orang. Tapi ratusan lainnya yang tak memiliki paspor masuk ke Peru dengan mencari suaka.

Guna terus menekan jumlah imigran yang masuk, Peru juga memperketat tenggat waktu bagi warga Venezuela untuk mendaftar kartu residensi sementara yang memungkinkan mereka bekerja di negara itu secara legal.

Pejabat tinggi migrasi Peru, Kolombia, dan Brasil telah menggelar pertemuan di Ibu Kota Kolombia, Bogota. Pertemuan itu sengaja dilakukan untuk membahas bagaimana cara menangani arus pengungsi Venezuela.

Menurut kepala lembaga migrasi Kolombia Christian Kruger, para menteri luar negeri dari Ekuador, Kolombia, Brasil, dan Peru telah merencanakan sebuah pertemuan pekan depan. Pada kesempatan itu akan didiskusikan langkah seperti apa yang akan keempat negara ambil dalam menghadapi arus imigran Venezuela.

Sementara itu Maduro telah menyerukan agar warga Venezuela segera kembali ke negaranya. Maduro meminta mereka agar mampu menghadapi kesulitan yang tengah dialami Venezuela.

Ia pun menyinggung tentang bagaimana warganya diperlakukan secara rasis oleh warga dari negara-negara yang mereka datangi. "Mereka mendengarkan panggilan sirene dari luar negeri dan semua yang mereka temukan di Lima (ibu kota Peru) adalah rasisme, penghinaan, dan penganiayaan," kata Maduro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement