Kamis 06 Sep 2018 22:00 WIB

Hanya 50 Persen Angkot di Sukabumi yang Masih Beroperasi

Angkot perlu melakukan inovasi untuk meningkatkan pelayanan.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah angkutan kota (angkot) menunggu penumpang di depan Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Ahad (13/5).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah angkutan kota (angkot) menunggu penumpang di depan Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Ahad (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  SUKABUMI--Sekitar 50 persen angkutan kot (angkot) di Kota Sukabumi, Jawa Barat tidak beroperasi. Kondisi tersebut terjadi karena makin ketatnya persaingan usaha angkutan umum di Sukabumi.

Terlebih setelah hadirnya tranportasi online di Sukabumi dalam setahun terakhir. ‘’ Di Sukabumi total jumlah angkot dari berbagai trayek yang terdata sebanyak 2.463 unit,’’ ujar Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Sukabumi Abdul Rahman kepada wartawan di Mapolres Sukabumi Kota, Kamis (6/9).

Hal ini disampaikan disela-sela pertemuan mencegah aksi kekerasan antara komunitas sopir angkot yang difasilitasi Polres Sukabumi Kota dan Dishub Sukabumi.

Menurut Abdul, dari 2.463 unit angkot yang beroperasi hanya sekitar 50 persen. Sebabnya seiring dengan persaingan usaha hanya setengah angkot yang beroperasi. Sementara yang lainnya sudah dijadikan angkutan pribadi maupun alasan lainnya.

Oleh karena itu ungkap Abdul, diperlukan inovasi dalam peningkatan layanan angkot kepada masyarakat. Sehingga layanan angkot ini dapat memberikan kenyaman kepada warga yang menjadi konsumennya.

Selama ini lanjut Abdul, pemerintah melakukan pembinaan terhadap sopir angkot dalam wadah organiasi angkutan darat (Organda) dan kelompok kerja unit (KKU) angkot di setiap trayek. Namun diakuinya pemeritah belum menyentuh komunitas sopir angkot yang ternyata perannya cukup besar.

Rencananya sambung Abdul, dalam momen hari perhubungan nanti komunitas sopir angkot akan dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Pada acara itu akan dilakukan deklarasi para sopir angkot untuk tidak melakukan cara kekerasan. Selain itu ada inovasi yang positif untuk layanan dan jangan mengedepankan kekerasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement