Kamis 13 Sep 2018 12:29 WIB

Terungkap Kekesalan Bos Google Saat Donald Trump Terpilih

Google membantah meningkatkan jadi motor kampanye Hillary pada 2018,

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Foto: VOA
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Pendiri Google Sergey Brin disebut kesal saat Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Tidak lama setelah Donald Trump dinyatakan memenangkan pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016 lalu para eksekutif Google berkumpul dalam agenda rapat mingguan Thank God It's Friday atau disingkat (TGIF).

Rekaman video rapat tersebut bocor di sebuah situs dengan alamat brietbart.com Dalam rekaman video tersebut Brin selaku eksekutif tertinggi membuka rapat tersebut dengan melontarkan kekecewaannya. 
 
"Oke folks, saya tahu ini bukan TGIF yang paling menyenangkan yang kita lakukan, terutama beberapa orang di sini cukup kesal dan sedih dengan hasil pemilihan Presiden, tapi ada kelompok lain, sebagian kecil yang sangat senang akhirnya ganja dilegalisasi," kata Brin, membuka pidatonya tersebut, seperti dilansir dari Brietbart, Kamis (13/9). 
 
 
Dengan sedikit humor Brin membangkitkan semangat anak buahnya yang hening diawal presentasi. Brin melanjutkan pidatonya dengan membahas betapa kecewanya Google ketika mengetahui Trump, perwakilan dari Partai Republik yang memenangkan pemilihan Presiden. 
 
"Sebagai imigran dan pengungsi tentu menganggap pemilu kali ini sangat menyudutkan dan saya tahu banyak dari Anda juga merasakan hal yang sama, dan saya pikir ini adalah saat yang sangat menekan dan banyak bertentangan dengan nilai kita," kata Brin.   
 
Brin mengatakan ada dua alasan besar untuk kesal dengan hasil pemilihan Presiden tersebut. Pertama, karena Google mengetahui banyak orang yang tidak memiliki nilai yang sama dengan mereka. Kedua, kini Google tidak tahu bagaimana cara menghadapi pemerintahan Donald Trump.
 
Presiden Pusat Penelitian Media Brent Bozell mengatakan video ini seperti menjelaskan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Karena dalam video itu, kata Bozell, jelas pimpinan Google bersikap anti-Trump. 
 
"Tidak diragukan lagi praktik perusahaan mereka merefleksikan itu, kami harus membuat dengar pendapat sekarang, Google tidak bisa melanjutkan lari dan sembunyi lagi," kata Bozell, seperti dilansir dari Fox News
 
Bocoran video ini muncul setelah Google dituduh melakukan bias politik. Surat elektronik mantan karyawan Google menggambarkan bagaimana Google berusaha meningkatkan pemilih Hillary Clinton pada pemilihan Presiden 2016 lalu. 
 
Tapi jurubicara Google sudah membantahnya dengan mengatakan surat elektronik tersebut sebagai ekspresi pribadi karyawan Google. Tapi pandangannya tersebut tidak mencerminkan sikap perusahaan. n Lintar Satria  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement