Sabtu 29 Sep 2018 18:23 WIB

Nyamuk Serbu Amerika Serikat Setelah Badai Florence

Genangan air menyebabkan telur nyamuk yang tidak aktif lebih dari setahun, menetas.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Nyamuk. Ilustrasi
Foto: Independent
Nyamuk. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KAROLINA UTARA -- Cassie Vadovsky, seorang warga Amerika Serikat (AS) yang tinggal di Karolina Utara terperangkap di mobilnya bersama putrinya yang berusia 4 tahun. Ia baru saja menjemput anaknya dari sekolah pada Selasa (25/9) petang dan kembali ke rumah.

Namun sesampainya di rumah, Vadovsky dan putrinya dikejutkan dengan kerumunan dan gerombolan nyamuk yang berhamburan di udara. Mereka menyergap dan mengerubungi mobil Vadovsky. "Itu seperti hujan yang tiba-tiba, seperti salju nyamuk," kata Vadovsky menggambarkan kerumunan nyamuk tersebut, dilaporkan laman USA Today.

Demi keselamatan anaknya, Vadovsky harus bersabar menunggu kerumunan nyamuk yang ganas itu tenang. "Saya menunggu mereka (nyamuk) untuk tenang sebelum saya menggendong anak saya dan berlari ke rumah," ujarnya.

Vadovsky hanyalah satu dari sekian banyak warga Karolina Utara yang harus menghadapi wabah nyamuk. Wabah itu timbul setelah Karolina Utara diterjang badai Florence beberapa waktu lalu.

Para ahli mengatakan, genangan air akibat badai dapat menyebabkan telur-telur nyamuk yang seharusnya tidak aktif selama lebih dari setahun, menetas. Akhirnya miliaran nyamuk beterbangan di udara.

Vadovsky mengatakan dia tinggal di sisi kota yang tidak dilanda banjir terlalu besar saat Florence menerjang. Ia tak dapat membayangkan bagaimana kondisi di wilayah-wilayah yang tersapu banjir saat Florence.

Michael Waldvogel dari Daprtemen Entomologi dan Patologi Tanaman di North Carolina University mengatakan terdapat 61 spesies nyamuk di Karolina Utara. Sekitar 15 hingga 20 di antaranya sangat responsif terhadap banjir. "Ketika Anda menghadapi banjir besar, banyak telur-telur nyamuk ini menetas dan Anda bisa melihat pertumbuhan populasi (nyamuk) yang cepat," katanya.

Waldvogel mengaku telah melakukan survei tersendiri terkait hal tersebut. Sebelum badai Florence menerjang, ia keluar rumah selama lima menit dan mendapatkan tiga ekor nyamuk. Sepekan setelah badai, ia mendapatkan delapan ekor nyamuk. "Kemudian setelah dua pekan (pascabadai), (saya menghitung) 50 (nyamuk) pada waktu itu, dan daerah kami yang paling keras terserang," ucapnya.

Menurutnya, wabah nyamuk yang saat ini dihadapi warga Karolina Utara disebut "Gallinipers" atau "Psorophora Ciliata". Spesies atau jenis nyamuk tersebut bisa berukuran tiga kali lebih besar dari nyamuk biasa.

Saat masih menjadi larva, spesies nyamuk itu memangsa hewan akuatik yang berukuran sebesar kecebong. Kemudian nyamuk betina dewasa biasa memangsa mamalia besar, termasuk manusia.

Waldvogel menjelaskan, seekor nyamuk betina hanya ingin membuat telur. "Dan hanya ada satu cara untuk melakukannya, yaitu dengan menghisap darah," ujarnya.

Ia telah menyarankan agar warga Karolina Utara memakai baju lengan panjang bila hendak keluar rumah. Kemudian guna mengurangi jumlah nyamuk, mereka dapat pula menyemprotkan insektisida. "Jadi adalah mungkin bagi departemen kesehatan daerah untuk melakukan penyemprotan udara, tapi tidak setiap daerah melakukannya," ujar Waldvogel.

Karolina Utara diterjang badai Florence dua pekan lalu. Badai telah menyebabkan sejumlah wilayah dilanda banjir. Akibatnya, lebih dari 20 ribu warga mengungsi ke tempat penampungan darurat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement