Jumat 25 Jan 2019 11:27 WIB

Shutdown Pemerintahan AS Ancam Resesi Ekonomi

Shutdown pemerintahan AS sudah berlangsung selama lebih dari satu bulan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
The Metropolitan Opera di New York menawarkan tiket masuk gratis bagi pekerja terdampak shutdown.
Foto: AP Poto/John Minchillo
The Metropolitan Opera di New York menawarkan tiket masuk gratis bagi pekerja terdampak shutdown.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Mantan Kepala Komunikasi Gedung Putih Anthony Scaramucci mengatakan, penutupan sebagian pemerintah atau shutdown AS yang sudah lebih dari satu bulan, diprediksi membuat lesu perekonomian Amerika.

Hal itu dikatakan oleh pendiri dan mitra pelaksana SkyBridge itu dalam sebuah wawancara dengan Reuters Global Markets Forum di Davos. Menurutnya, gangguan di pemerintahan akan menyebabkan pertumbuhan yang lebih lambat tahun ini secara global.

"Meski tidak cukup signifikan, tetapi, jika itu berlangsung lebih lama dari satu bulan lagi, itu akan menjadi resesi lambat," ujar Scaramucci.

Dia mengatakan, untuk SkyBridge tidak ada perubahan portofolio sebab prospek melemah pada ekomomi. Namun, ekonom di J.P. Morgan pada Kamis (24/1) juga telah mengurangi estimasi pertumbuhan ekonomi AS kuartal pertama menjadi 1,75 persen dari 2 persen sebab penutupan pemerintah tersebut.

Jika perselisihan antara Partai Demokrat dan presiden AS diselesaikan segera, Scaramucci berharap selama 2019 risiko perekonomian AS mengalami resesi akan rendah. Namun, risiko itu bisa naik pada pertengahan 2020.

Menurutnya gangguan di hari ke-34 shutdown, juga membebani prospek presiden untuk kembali ke pemilihan presiden dalam dua tahun ke depan. Shutdown, kata dia juga memengaruhi nilai politis bagi presiden.

Baca: Pekerja Federal AS tidak Terima Gaji, Mendag: Carilah Utang

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement