Ahad 27 Jan 2019 09:30 WIB

'Kerugian Shutdown Lebih Besar dari Dana Tembok Perbatasan'

Kementerian Keuangan AS memperkirakan kehilangan 6 miliar dolar AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolanda
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Foto: VOA
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menandatangani anggaran legislasi untuk mengakhiri shutdown pemerintah AS terlama sepanjang sejarah. Shutdown tahun ini telah membuat ratusan ribu pekerja federal AS tidak dibayar selama satu bulan lebih. 

"Kami telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri shutdown dan membuka kembali pemerintahan," kata Trump, seperti dilansir dari the Guardian, Ahad (27/1). 

Kementerian Keuangan AS memperkirakan AS kehilangan 6 miliar dolar AS selama pemerintahan mereka ditutup satu bulan lebih. Kerugiannya lebih besar daripada anggaran 5,7 miliar dolar AS yang diminta Trump untuk membangun tembok perbatasan dengan Meksiko. 

Trump menandatangani anggaran itu pada hari Jumat (25/1). Keputusan ini menandakan Trump telah menurunkan tekanannya secara signifikan. Tapi dalam pidatonya di Rose Garden di Gedung Putih, Trump tidak mau mengakui melemahkan tekanannya. Ia mengancam akan mendeklarasikan darurat nasional jika Kongres tidak segera membuat kesepakatan yang disetujui bersema.

photo
The Capitol di Washington, Amerika Serikat. Pada Sabtu (12/1), shutdown beberapa instansi pemerintahan memasuki hari ke-22.

"Biar saya perjelas, kami tidak memiliki pilihan lain selain membangun tembok atau penghalang baja yang kuat. Jika kami tidak mendapatkan kesepakatan yang adil dari Kongres, pemerintah akan shutdown lagi pada tanggal 15 Febuari, atau saya akan menggunakan wewenang yang diberikan hukum dan konstitusi AS kepada saya untuk mengatasi keadaan darurat ini," kata Trump.  

Kantor berita Reuters melaporkan pada Kamis (26/1) malam Wakil Presiden Mike Pence dan penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner yang juga menantu Trump memberikan empat pilihan kepada presiden AS ke-45 itu. Salah satunya mendeklarasikan darurat nasional yang mana membuat Trump dapat membangun tembok perbatasan tanpa persetujuaan Kongres tapi pasti akan dituntut ke pengadilan. 

Trump tidak langsung memberikan jawabannya. Di tengah situasi yang tidak pasti para staf Gedung Putih menyiapkan pidato Trump tanpa tahu pasti apa yang akan diucapkannya. Akhirnya Trump memilih membuka kembali pemerintahan selama tiga pekan dan mencoba membuat paket keamanan perbatasan yang disepakati bersama. 

Salah satu pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan faktor kunci Trump berkenan membuka kembali pemerintahan adalah kisah-kisah para pekerja federal yang tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dengan memadai karena shutdown. Membuat para pekerja federal tersebut mengambil cuti atau bekerja tanpa dibayar.   

"Kami tidak berpikir kami telah menyerah, kami telah konsisten kami ingin melalui proses ini, presiden ingin melakukan satu kesempatan lagi," kata salah satu pejabat Gedung Putih lainnya. 

Baca juga, Trump Tetap Bangun Tembok Pembatas Meski Shutdown Berakhir

Beberapa pejabat mengatakan perjuangan mendapatkan tembok perbatasan belum usai. Mereka mengatakan Trump semakin yakin pada pekan depan ada beberapa anggota legislatif dari partai Demokrat yang bersedia mendukung anggaran keamanan perbatasan. 

Namun ketua House of Representative dari partai Demokrat Nancy Pelosi sudah menegaskan partainya tidak akan membiarkan ada anggaran yang digunakan untuk membangun tembok perbatasan. House of Representative kini dikuasai partai Demokrat yang memenangkan pemilihan paruh waktu bulan November 2018 lalu. 

Pertarungan antara partai Demokrat yang menyebabkan shutdown terlama sepanjang sejarah AS ini telah melukai pemerintahan Trump. Pemerintahannya dianggap tidak bersentuhan dengan penderitaan rakyat AS. Terutama setelah Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mempertanyakan mengapa pekerja federal yang tidak mendapatkan gaji untuk mencari pinjaman.

Penilaian terhadap kinerja pemerintahan Trump turun dari 40 persen menjadi sekitar 30 persen. Menandakan ia semakin sulit untuk memenangkan pemilihan presiden pada tahun 2020. 

Terutama penyelidikan Jaksa Khusus Robert Mueller atas intervensi Rusia atas pemilihan presiden AS pada 2016 lalu yang sudah mendekati tahapan akhir. Terutama setelah teman dekat dan mantan penasihat politik Trump, yakni Roger Stone ditangkap FBI di kediamannya di Florida. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement