Kamis 14 Mar 2019 07:31 WIB

Kanada Ikut Kandangkan Boeing 737 MAX 8

Harus ada penyelidikan yang menyeluruh terksit kecelakaan Boeing 737 MAX 8.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolanda
Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines (ilustrasi).
Foto: Republika
Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Kanada ikut mengandangkan Boeing 737 MAX 8. Kanada mengatakan data satelit menunjukan kesamaan kecelakaan Ethiopian Airlines Ahad (11/3) dengan kecelakaan Lion Air pada bulan Oktober lalu. 

Pads Kamis (14/3), Jessie Hillenbrand, juru bicara perusahaan penyedia data penerbangan pesawat AS Aireon mengatakan, perusahaannya memberikan data Ethiopian Airlines kepada beberapa badan pemerintah. Termasuk Badan Otoritas Penerbangan AS Federal Aviation Administration (FAA), Badan Transportasi Kanada dan beberapa otoritas lainnya.

Baca Juga

Sistem Aireon dapat memonitor data pesawat yang dilengkapi dengan transponder automatic dependent surveillance-broadcast (ADS-B). Data tersebut dianggap kurang terperinci dibandingkan kotak hitam yang memuat data dari dalam pesawat. 

Badan federal Jerman yang bertanggung jawab untuk melakukan penyelidikan kecelakaan pesawat mengatakan tidak akan menganalisis kerusakan kotak hitam Ethiopian Airlines. Memicu ketidakpastian proses untuk menememukan penyebab kecelakaan itu. 

FAA mengatakan kotak hitam pesawat dengan nomor penerbangan ET302 itu akan dibawa ke Prancis. Juru bicara Ethiopian Airlines Asrat Begashaw mengatakan belum diketahui pasti apa yang terjadi saat kecelakaan tersebut. 

Namun ada laporan dari pusat kendali pilot pesawat sempat melaporkan ingin kembali ke bandara Addis Ababa karena masalah eksternal. "Pilot dilaporkan mengalami masalah kendali dan meminta untuk kembali, ia bahkan diizinkan untuk kembali," kata Begashaw. 

Ketua komite bidang transportasi dan infrastruktur House of Representation AS  Peter DeFazio ingin melakukan penyelidikan terhadap 737 MAX 8. Ia ingin mengetahui mengapa pesawat itu mendapatkan izin terbang. 

"Harus ada penyelidikan yang menyeluruh untuk mengetahui mengapa pesawat, yang memiliki sistem keselamatan yang kritis yang tidak ada di jenis pesawat sebelumnya, mendapatkan izin tanpa memerlukan pelatihan pilot tambahan," katanya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement