Selasa 16 Apr 2019 12:08 WIB

AS-Turki Sepakat Kerja Sama Bidang Energi

Turki salah satu importir gas alam cair terbesar di AS.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Bendera Amerika Serikat (AS) dan Turki.
Foto: Oilprice
Bendera Amerika Serikat (AS) dan Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Menteri Energi Amerika Serikat (AS) Dan Brouillette mengatakan, pemerintahan Donald Trump mendukung hubungan kerja sama kedua negara antara Turki dan AS. Kedua negara berkomitmen memperkuat dan mempererat hubungan kerja sama bilateral terutama di bidang energi.

Menghadiri pertemuan bisnis Turki-Amerika di Washington pada Senin (15/4), Brouillette mengatakan, ketegangan yang ada pada hubungan bilateral kedua negara penting untuk tidak berkembang lebih jauh. Kedua pihak menyadari memang lebih baik ketika kedua negara bekerja bersama.

Baca Juga

"Kedua negara telah mendapat manfaat luar biasa dari persahabatan kami yang kuat," ujar Brouillette seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (16/4).

Kendati demikian, banyak negara sahabat tidak menyetujui hubungan keduanya. Namun kini, menurutnya adalah saatnya untuk menyelesaikan kesalahpahaman di masa lalu dengan meningkatkan kekuatan dan tindakan bersama untuk mendukung aliansi NATO itu, sehingga kata dia, kedua negara dapat menciptakan perdamaian dan kesejahteraan bersama yang lebih besar.

Brouillette menunjuk kerja sama energi antara Washington dan Ankara. Kerja sama itu disebutnya sebagai integral, yang menekankan pemeritahan Trump dan bisnis AS siap untuk meningkatkan kerja sama dan keragaman energi di Turki. "Turki sudah menjadi salah satu dari 10 importir gas alam cair terbesar di AS, dan merupakan importir terbesar dalam NATO," katanya.

Wakil Menteri Energi Turki Alparsalan Bayraktar mengatakan, Turki merupakan pasar gas terbesar keempat di Eropa. Negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan itu menginginkan syarat dan ketentuan yang lebih kompetitif dengan kontrak menyoal kerja sama energi.

"Pasar sangat peka terhadap dinamika harga, dan pemasok harus menyadarinya sehingga harus mengadopsi ini," katanya.

Mengutip kontrak gas besar yang akan berakhir pada 2021 dengan total hampir 3 persen dari konsumsi gas Turki, Bayraktar mengatakan, akan ada potensi besar untuk bekerja sama dalam bidang ini dengan pemasok AS.

"Volume perdagangan antara Turki dan AS mencapai sekitar 19 miliar dolar AS, dan jika kami ingin meningkatkan volume ini, energi dan terutama gas dapat memainkan peran yang sangat signifikan," katanya.

"Kita perlu bekerja sama sebagai dua pemerintah, untuk mendukung dan mendorong perusahaan kita untuk bekerja sama dan menghasilkan beberapa model bisnis kreatif, dan model bisnis yang saling menguntungkan," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement