Selasa 16 Apr 2019 14:15 WIB

Venezuela Tuding AS, Brasil, dan Kolombia Intervensi Militer

Wakil presiden Venezuela mengatakan ada rencana kriminal terhadap negaranya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez.
Foto: Reuters/Manuel Pedraza
Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Venezuela menuduh Amerika Serikat (AS), Brasil, dan Kolombia sedang mempersiapkan intervensi militer ke negaranya. Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez mengatakan komunitas internasional harus tahu ada rencana kriminal yang sedang dilakukan pihak luar untuk melancarkan serangan militer ke Venezuela.

"Para pejabat AS, Brasil, dan Kolombia bermaksud mengabaikan keinginan rakyat Venezuela, dan melancarkan intervensi militer," ujar Rodriguez dikutip dari TASS, Selasa (16/4).

Baca Juga

Ia menekankan, jika memang negara-negara tersebut memutuskan melanjutkan rencananya, maka negara-negara tersebut sama saja akan melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Karena itu, menurut Rodriguez, mereka harus memikul tanggung jawab di tingkat internasional.

Pada 23 Januari 2019, pemimpin oposisi dari Majelis Nasional Venezuela Juan Guaido mengukuhkan dirinya sebgai presiden sementara Venezuela. Presiden Nicolas Maduro menilai langkah Guaido sebagai upaya kudeta, dan segera mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan AS. Pada 28 Januari, AS mulai menjatuhkan sanksi pada perusahaan minyak PDVSA milik Venezuela.

Guaido diakui sebagai presiden sementara oleh negara-negara Lima Group (kecuali Meksiko), serta Albania, Georgia, AS, dan organisasi negara-negara Amerika. Beberapa negara Uni Eropa (UE) pun mendukung parlemen Venezuela, yang menyatakan harapan untuk pemilihan umum baru untuk menyelesaikan krisis.

Sementara Maduro, didukung oleh Rusia, Turki, Cina, Bolivia, Iran, Kuba, Nikaragua, dan El SAvador. Belarus dan Cina menyerukan untuk menyelesaikan masalah dengan cara damai.

Kedua negara tersebut menentang campur tangan pihak luar Venezuela. Sekretaris Jenderal PBB juga menyerukan dialog untuk menyelesaikan krisis di negara kaya minyak itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement