Kamis 13 Jun 2019 17:00 WIB

Abe: Iran tak Berniat Miliki Senjata Nuklir

Abe diharapkan bisa meredakan ketegangan antara Iran dan AS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Indira Rezkisari
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah melakukan pembicaraan dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Salah satu topik yang mereka bahas adalah tentang proyek nuklir Teheran.

Menurut Abe, Iran tidak memiliki niatan untuk membuat senjata nuklir seperti yang selama ini diklaim olah beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS). "Pemimpin tertinggi Khamenei berkomentar bahwa negara itu tidak akan dan tidak boleh membuat, memegang atau menggunakan senjata nukir, dan bahwa Iran tak memiliki niat seperti itu," katanya kepada awak media seusai bertemu Khamenei.

Baca Juga

Pernyataan Abe itu disiarkan di stasiun televisi Jepang, NHK, pada Kamis (13/6). Namun tak dilaporkan secara terperinci tentang isu apa saja yang dibahas Abe dengan Khamenei.

Kunjungan Abe memang diharapkan dapat membantu meredakan ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Sebab Jepang merupakan sekutu AS yang memiliki hubungan diplomatik cukup baik dengan Teheran.

"Jepang dapat membantu meredakan ketegangan yang sedang berlangsung antara Iran dan Amerika. Sebagai isyarat niat baik, Amerika harus mencabut sanksi minyaknya yang tak adil atau menangguhkan mereka," kata seorang pejabat senior Iran pada Rabu (12/6).

Pejabat Iran lainnya menilai Abe dapat menjadi tokoh yang memediasi Iran dengan AS. "Jepang selalu menghormati Iran dan Abe dapat memainkan peran yang sangat konstruktif untuk menenangkan ketegangan yang sedang berlangsung yang dapat membahayakan kawasan (Timur Tengah)," ujarnya.

Ketegangan antara Iran dan AS mulai terjadi sejak Washington memutuskan hengkang dari kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada Mei tahun lalu. Setelah menarik diri, AS kembali menerapkan sanksi ekonomi berlapis terhadap Iran.

AS kemudian mendorong Iran agar bersedia merundingkan kembali ketentuan dalam JCPOA. Namun Iran menolak dan mendesak Eropa, selaku pihak yang terllibat dalam JCPOA, agar melindungi aktivitas perekonomiannya dari sanksi AS.

Bulan lalu, Iran telah menangguhkan beberapa komitmennya dalam JCPOA, termasuk perihal pengayaan uranium. Teheran berjanji akan melanjutkan langkah tersebut jika Eropa gagal melindungi perdagangannya dari sanksi AS dalam tempo 60 hari, dilansir dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement