Rabu 26 Jun 2019 03:20 WIB

AS dan Cina akan Kembali Berunding Soal Perdagangan

Presiden AS Donald Trump akan bertemu Presiden Cina Xi Jinping di KTT G20.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping di Great Hall of the People di Beijing, Cina, Kamis (9/11).
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping di Great Hall of the People di Beijing, Cina, Kamis (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping dijadwalkan akan bertemu di KTT G20 di Osaka, Jepang pekan ini. Pejabat senior pemerintahan mengatakan, tujuan pertemuan keduanya adalah untuk memulai kembali perundingan perdagangan.

Ia membocorkan bahwa ada peluang yang cukup bagus yang akan terjadi. Ia mengatakan, AS dan Cina bisa saja tidak mengenakan tarif baru sebagai isyarat niat baik. Namun, menurut pejabat yang meminta anonim itu belum jelas apakah agenda perundingan perdagangan sudah pasti akan terjadi pada pertemuan yang dijadwalkan Sabtu mendatang itu.

Baca Juga

Pejabat pemerintahan Trump mengatakan, tidak ada kesepakatan perdagangan yang diharapkan dilakukan pada pertemuan kedua pemimpin pekan ini. Namun, kedua negara berharap dapat menciptakan energi baru ke depannya.

Trump dan Xi dijadwalkan akan bertemu di hari kedua KTT G20 pada Jumat-Sabtu di Jepang. Pertemuan tersebut akan menjadi pertemuan tatap muka pertama bagi para pemimpin sejak pembicaraan perdagangan berakhir pada Mei.

Pejabat anonim itu mengatakan, AS tidak akan menerima ketentuan tarif apa pun dan tidak mau menghadiri pertemuan dengan konsesi perdagangan. Namun, menurutnya kasus raksasa teknologi Cina Huawei Technologies Co mungkin muncul selama pembicaraan.

Hingga kini, kedua belah pihak masih mengalami kebuntuan setelah melakukan pembicaraan sebanyak 11 kali. Semua pembicaraan tersebut mengalami kegagalan karena AS menuduh Cina mengakuisisi teknologi mereka dan untung jauh lebih banyak dalam perdagangan kedua negara. 

Sementara, Cina membantah memaksa perusahaan-perusahaan AS untuk menyerahkan rahasia dagang mereka. Beijing juga mengatakan keuntungan yang mereka dapatkan jauh lebih kecil setelah perusahaan AS mengekstraksi nilai dan layanan dalam perdagangan mereka. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement