Sabtu 22 Jun 2019 13:12 WIB

Alasan Trump Batal Serang Iran, Takutkah?

Rencana serangan Trump terhadap Iran sempat mendapat dukungan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Presiden Donald Trump menggelar buka bersama di Gedung Putih
Foto: Manuel Balce Ceneta/AP Photo
Presiden Donald Trump menggelar buka bersama di Gedung Putih

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan pembatalan serangan militer untuk membalas dendam Iran atas pesawat tak berawak AS karena dapat menewaskan 150 orang, Jumat (21/6). Dia mengisyaratkan terbuka untuk berbicara dengan Teheran.

"Saya tidak mencari perang, dan jika ada, itu akan lenyap seperti yang belum pernah Anda lihat sebelumnya. Tapi saya tidak ingin melakukan itu," kata Trump kepada NBC News dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Jumat malam.  

Baca Juga

Sebuah rudal Iran menghancurkan drone Global Hawk Amerika pada Kamis. Teheran menyatakan pesawat itu ditembak jatuh di atas wilayahnya, sedangkan Washington mengatakan itu terjadi di wilayah udara internasional di atas Selat Hormuz.

Insiden itu memperburuk kekhawatiran akan bentrokan militer langsung antara musuh lama. Minyak berjangka naik lebih dari satu persen di atas 65 per dolar AS barel pada Jumat, karena kekhawatiran tentang kemungkinan gangguan pada ekspor minyak mentah dari Teluk. 

Keputusan Trump untuk membatalkan serangan yang direncanakan pada tiga situs, menunjukkan dia menginginkan solusi diplomatik untuk mengakhiri ketegangan yang memanas dengan Iran. Washington menuduh Iran atas serentetan serangan terhadap kapal tanker minyak di wilayah Teluk.  

Sumber-sumber Iran mengatakan kepada Reuters bahwa Trump telah memperingatkan Teheran melalui Oman bahwa serangan AS akan segera terjadi. Dia menentang perang dan menginginkan pembicaraan. Washington juga meminta pertemuan tertutup Dewan Keamanan AS pada Senin.  

"Laporan bahwa sebuah pesan disampaikan semalam kepada Iran melalui saluran belakang Oman benar-benar salah. Laporan-laporan ini murni propaganda Iran," kata juru bicara departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus di Twitter.

Dalam serangkaian tweet di pagi hari, Trump mengatakan dia tidak terburu-buru untuk melakukan serangan. Sanksi ekonomi AS yang dirancang untuk memaksa Iran mengekang program nuklir, misilnya, dan keterlibatannya dalam perang regional memiliki dampak.  

"Sepuluh menit sebelum serangan, saya menghentikannya, tidak sebanding dengan menembak jatuh pesawat tanpa awak. Saya tidak terburu-buru, militer kita dibangun kembali, baru, dan siap untuk pergi, sejauh ini yang terbaik di dunia," cicit Trump. 

Pejabat Senior Administrasi Trump menyebutkan, penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Bolton, Sekretaris Negara Mike Pompeo, dan Direktur CIA Gina Haspel, bersama dengan sisa tim Trump, mendukung serangan balasan.

"Ada suara bulat penuh di antara penasihat presiden dan kepemimpinan DOD (Departemen Pertahanan) pada tanggapan yang sesuai untuk kegiatan Iran. Presiden membuat keputusan akhir," kata pejabat itu. 

Keputusan Trump memuat berbagai tinjauan di Washington. Senior Demokrat memuji tindakan yang diambil Trump untuk membatalkan serangan. "Serangan dengan jumlah kerusakan kolateral itu akan sangat provokatif, dan saya senang presiden tidak mengambil itu," kata Ketua DPR Nancy Pelosi, dari Demokrat.  

Namun, Michael Makovsky, mantan pejabat Pentagon yang mengepalai Institut Yahudi untuk Keamanan Nasional Amerika, sebuah lembaga kajian yang mendukung hubungan keamanan AS-Israel, mengatakan Trump merusak kredibilitas AS. "Trump telah memberi kesan dia kehilangan keberanian," kata Makovsky dalam sebuah pernyataan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement