Ahad 01 Dec 2013 15:32 WIB

Negara ASEAN Perlu Bergabung Lindungi Petani di WTO

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petani menyemprotkan pestisida pada tanaman padi di areal sawah.
Foto: Antara
Seorang petani menyemprotkan pestisida pada tanaman padi di areal sawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice, Riza Damanik mengatakan dampak serbuan pangan impor makin terasa. Salah satunya yaitu terjadi penurunan produksi pangan pada mayoritas negara ASEAN.

Misalnya saja untuk komoditas beras. Pada kurun waktu 2007-2011 terjadi perlambatan produksi -0,3 persen.  "Negara-negara yang tergabung di ASEAN perlu membangun sinergi dan solidaritas kuat untuk melindungi petani, nelayan dan pangan dari kesepakatan liberalisasi WTO," katanya, Ahad (1/12).

Penurunan produksi ini seiring dengan penurunan angka penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Di tahun 2010-2011, di Indonesia terjadi penurunan dari 38,3 persen menjadi 33,9 persen. Lalu di Filipina dari 33,6 persen menjadi 33 persen, Thailand dari 41,3 persen menjadi 40,5 persen dan Vietnam dari 49,5 persen menjadi 48,4 persen.

Ia pun menilai Pertemuan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 di Bali akan mebuat pengelolaan pangan di ASEAN semakin kacau. Dua isu pertanian yang akan diperjuangkan Indonesia yaitu subsidi pertanian dan ketersediaan cadangan pangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement