Jumat 28 Feb 2014 09:37 WIB

Militer Thailand Tambah Pasukan Patroli

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Mansyur Faqih
  Aksi 'long march' para pengunjuk rasa anti pemerintah di pusat kota Bangkok (15/1).    (Reuters/Chaiwat Subprasom)
Aksi 'long march' para pengunjuk rasa anti pemerintah di pusat kota Bangkok (15/1). (Reuters/Chaiwat Subprasom)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Kepala Angkatan Darat Prayuth Chan-ocha memerintahkan untuk menambah jumlah patroli militer di Bangkok. Khususnya di jalan layang serta bangunan bertingkat tinggi, Jumat (28/2). Langkah ini diambil menyusul meningkatnya rentetan serangan granat di ibu kota. 

Dilansir dari Bangkok Post, Prayuth menugaskan wakil komandan tentara Udomdet Sitabutr agar mengadakan pertemuan untuk memonitor serangan di Bangkok. Pertemuan tersebut meminta komandan unit militer mengamankan aksi demonstrasi anti-pemerintah serta meningkatkan keamanan untuk warga sipil. 

Mereka pun juga diminta untuk lebih waspada mengingat serangan yang sering terjadi akhir-akhir ini. Kepala Angkatan Darat pun juga menginstruksikan untuk meninjau pasukannya yang bertugas. 

Kemarin, Mayor Jenderal Suradet Fuengcharoen, direktur Direktorat Personalia Tentara, memeriksa para tentara yang bertugas membantu Pusat Pengendalian Keamanan dan Ketertiban (CMPO) di beberapa tempat penting. 

Suradet mengatakan pasukan tentara diminta untuk menahan diri dan mematuhi perintah komandannya. Ia juga meminta para tentara untuk bekerja sama dengan aparat kepolisian menyusul adanya serangan granat.

Sementara itu, Mayor Jenderal Vara Boonyasit, komandan Divisi Infanteri pertama mengatakan, setelah memeriksa pos pemeriksaan keamanan di Bangkok, pasukannya harus lebih mengutamakan untuk memberikan keamanan bagi para pengunjuk rasa antipemerintah. Jumlah pos pengecekan keamanan sendiri telah meningkat dari 26 pos menjadi 176 pos.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Surapong Tovichakchaikul, yang juga sebagai kepala penasehat CMPO, mengatakan, telah mengajukan saran agar kepala angkatan darat dan kepala kepolisian nasional membentuk tim operasi khusus bersama. 

Menurutnya, operasi bersama ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa keduanya tidak terlibat dalam kerusuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement