Rabu 12 Feb 2014 09:07 WIB

Datangi Myanmar, Presiden Jerman Minta Muslim Rohingya Diakui

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Mansyur Faqih
Presiden Jerman, Joachim Gauck
Foto: IST
Presiden Jerman, Joachim Gauck

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Presiden Jerman Joachim Gauck menyampaikan perhatiannya atas konflik kelompok mayoritas Buddha dengan minoritas Muslim Rohingya di Myanmar.

"Itu cukup menyita perhatian saya, ketika konflik berdarah antara penganut Buddha dan Muslim terjadi di sini," kata Gauck di Universitas Yangon, Myanmar seperti dilansir Bangkok Times, Selasa (11/2).

Konflik sektarian tersebut pecah sejak 2012 di Negara Bagian Rakhine. Ini merupakan rumah bagi 800 ribu Muslim Rohingya yang dibuat tak berkewarganegaraan oleh hukum Myanmar pada 1982.

Setidaknya 167 orang tewas dan 120 ribu terpaksa mengungsi akibat konflik pada 2012. Mayoritas mereka merupakan etnis Rohingya. "Seperti kelompok minoritas lainnya, etnis Rohingya juga bagian Myanmar," kata Gauck.

Pemerintah dan penganut Buddha di Myanmar menganggap etnis Rohingya sebagai imigran Bangladesh yang datang ke Rakhine sebagai budak pada masa kolonial Inggris.

Aturan Kependudukan 1982 Myanmar mengecualikan etnis Rohingya dari daftar 136 kelompok minoritas yang diakui. "Saya mendukung segala upaya agar warga etnis Rohingya mendapat status resmi sebagai identitas di negara Anda," kata Gauck.

Kedatangan Gauck di Myanmar, Senin (10/2), mengawali kembali kunjungan kepresidenan Jerman selama 28 tahun terkakhir. Richard von Weizsaecker merupakan presiden Jerman yang terakhir mengunjungi Jerman pada 1986.

Kunjungan ini bertepatan dengan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement