Kamis 03 Jul 2014 09:00 WIB

Polisi Myanmar Lepaskan Peluru Karet Unjuk Rasa Buddha dan Muslim

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Bilal Ramadhan
Location of Rakhine State in Myanmar
Foto: en.wikipedia.org
Location of Rakhine State in Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON-- Polisi Myanmar menembakkan peluru karet untuk membubarkan kerumunan kelompok Budha dan Muslim yang berkumpul di jalan kota Mandalay, Rabu (2/7). Lebih dari 600 personel diterjunkan setelah sekitar 300 penganut Budha, termasuk 30 biksu mulai melempari sebuah toko teh milik pria Muslim dengan batu. Peristiwa itu terjadi pukul 23.00 waktu setempat, Selasa.

"Seorang polisi, tiga penganut Budha dan seorang pria Muslim luka terkena lemparan batu. Dua dari tiga pria Budha yang terluka telah mendapatkan perawatan di rumah sakit di Mandalay. Sisanya menjalani rawat jalan," ujar polisi Mandalay dalam pernyataannya.

Polisi mengatakan mereka menembakkan tiga peluru karet untuk mengendalikan massa. Massa membubarkan diri pukul 03.15 waktu setempat. Seorang saksi mata yang juga penduduk sekitar mengatakan sekelompok penganut Budha berkumpul setelah adanya rumor yang menyebutkan pemilik toko teh yang dirusak telah memperkosa seorang perempuan Budha.

Polisi Mandalay telah mengonfirmasi telah ada laporan pemerkosaan terhadap pemilik toko teh. Mereka mengatakan toko tersebut telah diawasi. Polisi mengambil posisi di antara kelompok Budha dan Muslim. Polisi berusaha membubarkan kelompok Budha.

"Polisi dan massa saling berkelahi dan massa melempari polisi dengan batu," ujar seorang saksi mata yang tidak ingin disebutkan identitasnya, Rabu (2/7).

Dia mengatakan sebelum polisi berhasil mengendalikan situasi, sejumlah biksu merampok toko dan beberapa membakar kendaraan. Saat ini kelompok Budha masih berkeliling dan meneriaki penduduk. n reuters/ani nursalikah

Myanmar kerap diguncang insiden kekerasan antara Muslim dan Budha sejak Juni 2012. Lebih dari 200 orang terbunuh dan sedikitnya 140 ribu harus mengungsi. Sebagian besar korban merupakan Muslim yang merupakan minoritas di Myanmar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement