Ahad 28 Jan 2018 10:48 WIB

100 Orang Tewas Akibat Mobil Ambulan Meledak di Kabul

Taliban mengaku bertanggung jawab atas ledakan bunuh diri tersebut

Polisi Afghanstan mengamankan lokasi ledakan.
Foto: alarabiya.com
Polisi Afghanstan mengamankan lokasi ledakan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Sebuah bom yang disembunyikan di sebuah ambulan membunuh setidaknya 95 orang dan melukai sekitar 158 orang di ibu kota Afghanistan, Kabul, Sabtu kemarin (27/1). Saat itu mobil tersebut meledak di sebuah tempat pemeriksaan polisi pada sebuah bagian kota yang ramai dan dipenuhi pejalan kaki.

Taliban mengaku bertanggung jawab atas ledakan bunuh diri tersebut. Peristiwa ini terjadi seminggu setelah mereka mengklaim menyerang Hotel Intercontinental di mana lebih dari 20 orang terbunuh.

Seorang jurubicara kementerian dalam negeri menyalahkan jaringan Haqqani, sebuah kelompok militan yang berafiliasi dengan Taliban. Mereka mengnggap ada pejabat Afghanistan dan Barat berada di balik banyak serangan terbesar terhadap target perkotaan di Afghanistan.

Ketika tim medis berjuang untuk menangani korban yang dituangkan, beberapa orang yang terluka diletakkan di tempat terbuka,. Mereka di pasang infus intravena dan di rawat disebuah rumah sakit.

"Ini adalah pembantaian," kata Dejan Panic, koordinator di Afghanistan untuk kelompok bantuan Italia Emergency. Mereka mengelola sebuah rumah sakit trauma terdekat dan merawat puluhan orang yang terluka.

Beberapa jam setelah ledakan tersebut, seorang juru bicara kementerian kesehatan mengatakan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi setidaknya 95 orang tewas dan 158 orang terluka.

Serangan terakhir ini akan menambah tekanan pada Presiden Ashraf Ghani dan sekutunya di AS. Padahal mereka telah menyatakan keyakinannya bahwa strategi militer barunya yang lebih agresif telah berhasil mendorong gerilyawan Taliban kembali dari pusat-pusat provinsi.

"Serangan hari ini tidak kekurangan kejam. Mereka telah mengatur dan mengaktifkannya dan harus dibawa ke pengadilan dan diperhitungkan," kata Tadamichi Yamamoto, kepala Misi Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Afghanistan dalam sebuah pernyataan.

Amerika Serikat telah meningkatkan bantuannya kepada pasukan keamanan Afghanistan dan meningkatkan serangan udara terhadap Taliban dan kelompok militan lainnya. Amerika bertujuan umemecahkan kebuntuan dan memaksa pemberontak ke meja perundingan.

Namun, Taliban telah menolak saran bahwa mereka telah dilemahkan oleh strategi baru tersebut. Dan minggu lalu mereka telah menunjukkan kemampuan mereka untuk memasang serangan mematikan, bahkan di pusat Kabul yang sangat terlindungi.

Pasukan internasional pimpinan AS di Afghanistan bersumpah untuk mendukung pemerintah Afghanistan dan angkatan bersenjata dalam "pekerjaan sulit dan berbahaya" ini. Mereka menambahkan bahwa tidak satupun anggotanya telah terbunuh atau terluka dalam ledakan tersebut.

Sabtu adalah hari kerja di Afghanistan dan jalanan penuh saat ledakan meledak kala  makan siang di bagian kota yang sibuk itu. Lokasinya dekat dengan toko-toko dan pasar dan dekat sejumlah kedutaan asing serta gedung-gedung pemerintah.

Mirwais Yasini, anggota parlemen yang berada di dekatnya saat ledakan terjadi, mengatakan sebuah ambulan mendekati pos pemeriksaan dan meledak. Sasarannya rupanya merupakan bangunan kementerian dalam negeri namun korbannya terutama adalah orang-orang yang kebetulan berada di jalan.

Bangunan ratusan meter jauhnya terguncang oleh kekuatan ledakan. Ledakan ini membuat mayat-mayat robek berserakan di jalan di tengah tumpukan reruntuhan, puing-puing dan mobil-mobil yang hancur.

Korban tewas adalah yang terburuk sejak 150 orang tewas dalam sebuah ledakan bom truk Mei lalu di dekat kedutaan besar Jerman,. Sat itu adanya sebuah serangan telah mendorong penguatan keamanan yang ditujukan untuk mencegah serangan kendaraan serupa.

Dan sebagian besar pusat kota Kabul sekarang menjadi zona benteng beton bertingkat tinggi dan pos pemeriksaan polisi. Meski begitu ada banyak pertanyaan tentang bagaimana pengebom tersebut berhasil lolos dan memicu ledakan tersebut.

"Pejabat harus bertanggung jawab," kata mantan Wakil Menteri Dalam Negeri Mohammad Ayub Salangi.

Orang-orang membantu berjalan-terluka seperti ambulans dengan sirene yang meraung-raung di jalan-jalan kota yang tersumbat lalu lintas.

sumber : Al Arabiya.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement