Kamis 08 Feb 2018 07:16 WIB

Penyelenggara Ragu Berikan Galaxy Note pada Delegasi Korut

Penyelenggara khawatir melanggar aturan sanksi komunitas global.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ani Nursalikah
Pemandu sorak Korea Utara (Korut) saat tiba di Gapyeong, Korea Selatan, Rabu (7/2). Delegasi Korut tiba untuk Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang.
Foto: Lee Ji-eun/Yonhap via AP
Pemandu sorak Korea Utara (Korut) saat tiba di Gapyeong, Korea Selatan, Rabu (7/2). Delegasi Korut tiba untuk Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Penyelenggara Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang ragu memberikan cenderamata ponsel Samsung Galaxy Note 8 kepada 22 atlet asal Korea Utara (Korut), Rabu (7/2). Hal ini terkait sanksi yang sedang dijatuhkan kepada Korut.

Olimpiade Pyeongchang secara resmi bermitra dengan Samsung Electronics yang menghibahkan sekitar 4.000 unit ponsel pintar Galaxy Note 8 untuk para atlet dan delegasi agar bisa mengabadikan dan membagikan momen terbaik mereka ke seluruh dunia. Namun, penyelenggara ragu memberikan ponsel seharga sekitar 1.000 dolar AS per buah itu kepada utusan Korut karena khawatir melanggar aturan sanksi komunitas global.

Ponsel Galaxy Note 8 edisi terbatas didistribusikan kepada para atlet. Ponsel ini merupakan salah satu yang termahal di pasar. Sanksi PBB melarang barang mewah kepada negara dan warga negara Korea Utara.

Komite Olimpiade Internasional menyarankan agar ponsel itu berstatus pinjaman bagi perwakilan Korut selama Olimpiade dan harus dikembalikan sebelum delegasi kembali ke negara mereka. Meski begitu, penyelenggara tetap saja ragu.

''Harus ada yang menjelaskan ini, tapi tidak ada yang bisa. Sehingga kami belum memberikan ponsel itu ke delegasi Korut sampai ada konfirmasi jelas aksi kami ini tidak melanggar sanksi PBB,'' ujar juru bicara Komite Olimpiade, Sung Baik-yoo.

Di luar itu, penyelenggara diharuskan bersikap adil terhadap semua delegasi. Iran termasuk yang tidak akan menerima Samsung Note 8 karena tersangkut sanksi serupa. Ponsel pintar produksi Samsung ini jadi salah satu isu dalam menghadapi Korut di Olimpiade yang membawa pesan damai. Sementara itu, untuk mengakomodasi kedatangan seniman Korut yang masuk ke Korea Selatan (Korsel) dengan jalur laut, Korsel mencabut larangan masuknya kapal Korut ke perairan mereka.

Hal itu dilakukan demi terselenggaranya Olimpiade yang damai. Namun, hal itu malah menuai kritik karena Seoul dianggap memberi sinyal yang salah kepada tetangga utara mereka.

Pekan ini, Menteri Persatuan Korsel juga mempertimbangkan penyediaan bahan bakar bagi kapal pengangkut seniman dari Korut yang akan manggung di Olimpiade Pyeongchang. Korsel akan mendiskusikan itu dengan sejumlah pihak terlebih dulu untuk mencegah masalah di kemudian hari.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement