Kamis 08 Mar 2018 21:13 WIB

Bangladesh: Myanmar Lakukan Kejahatan Terhadap Rohingya

Rencana pemulangan pengungsi Rohingya ke Myanmar semakin tak realistis.

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Pengungsi Rohingya mengantre bantuan beras yang dibagikan lembaga bantuan di Balukhali-Ukhiya, Bangladesh
Foto: Dar Yasin/AP
Pengungsi Rohingya mengantre bantuan beras yang dibagikan lembaga bantuan di Balukhali-Ukhiya, Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Seorang menteri senior Bangladesh mengutuk pemerintah Myanmar karena telah melakukan kejahatan kepada Rohingya. Ia mengaku tidak yakin jika ratusan ribu pengungsi Rohingya yang berada di Bangladesh dapat dipulangkan ke Rakhine.

Dilansir The Guardian, Kamis (8/3), Menteri Keuangan Bangladesh Abul Maal Abdul Muhith, mengatakan rencana pemulangan pengungsi Rohingya ke Myanmar terlihat semakin tidak realistis. "Saya tidak percaya Rohingya bisa dikirim kembali. Anda bisa berspekulasi bahwa sangat sedikit yang akan kembali ke Myanmar," katanya seperti yang dilaporkan oleh Hindu Business Online.

Menurutnya, ada dua hal yang menyebabkan rencana pemulangan tersebut menjadi tidak realistis. Pertama, Myanmar hanya akan memulangkan beberapa pengungsi saja. Alasan lainnya yaitu para pengungsi masih merasa takut akan penganiayaan sehingga mereka tidak ingin kembali ke Myanmar.

Sebuah perjanjian repatriasi ditandatangani oleh kedua negara pada November, yang seharusnya memulai proses pemulangan Rohingya ke Rakhine. Pada Januari juga ditetapkan bahwa proses pemulangan Rohingya akan dilakukan dalam waktu dua tahun.

Namun sejak saat itu, kesepakatan ini terhenti. Kedua pihak saling menyalahkan karena kurang mendapat bantuan.

Ada juga kekhawatiran bahwa Rahkine tetap tidak aman bagi komunitas Muslim minoritas, dengan sebagian besar LSM dan organisasi seperti PBB masih dilarang beroperasi di wilayah tersebut. Sementara itu, Rohingya terus menyusuri perbatasan untuk menghindari penganiayaan.

"Mereka jahat, pemerintah nakal. Kami tidak memiliki kelemahan dalam diplomasi, semua orang mendukung kami. Tapi, orang Myanmar tidak bisa dipercaya," kata Muhith.

Komentar Muhith datang saat hubungan Bangladesh-Myanmar semakin diperparah oleh penumpukan pasukan Myanmar di perbatasan, dekat dengan sebidang tanah yang menampung sekitar 6.000 orang Rohingya. Pemerintah Myanmar bersikeras bahwa pengerahkan pasukan dilakukan untuk melindungi Myanmar dari terorisme.

Sementara itu, Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, menyambut baik penganiayaan yang dialami Rohingya. Ia mengatakan ada tanda-tanda bahwa kesabaran negara tersebut sedang diuji oleh ratusan ribu pengungsi yang menduduki tanah tersebut.

Kemiskinan telah meluas di Bangladesh. Dengan adanya pemilihan pada tahun ini, periode waktu untuk pemulangan pengungsi Rohingya akan menjadi sebuah isu kontroversial bagi partai Liga Awami yang memerintah.

Lebih dari 700 ribu orang Rohingya tinggal di kamp-kamp di perbatasan Bangladesh setelah melarikan diri dari sebuah kampanye kekerasan oleh militer di wilayah Rahkine. Banyak rumah dan desa mereka terbakar habis, ribuan orang terbunuh dan ratusan perempuan diperkosa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement