Selasa 03 Apr 2018 19:49 WIB

Kematian Massal Hantui Pengungsi Rohingya

Cuaca buruk mengancam pengungsi Rohingya di Bangladesh.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
 Anak-anak pengungsi Muslim Rohingya bermain di lokasi pengungsian Kutupalong di Ukhiya, Bangladesh, Kamis (21/12).
Foto: AP/A.M. Ahad
Anak-anak pengungsi Muslim Rohingya bermain di lokasi pengungsian Kutupalong di Ukhiya, Bangladesh, Kamis (21/12).

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Panel Penasehat Internasional terkait isu Rohingya mengungkapkan potensi kematian massal yang akan dialami para pengungsi di sekitar Bangladesh. Hal itu dapat terjadi menyusul ancaman cuaca buruk yang akan timbul bersamaan dengan pergantian musim.

Panel mengatakan, kamp pengungsi Rohingya yang berdiri di sekitaran Bangladesh rentan terhadap serangan badai. Pengungsi sebagian besar tinggal di dalam bangunan-bangunan kumuh yang terbuat dari bambu dan plastik. Kondisi itu diperburuk mengingat pendirian kamp dilakukan di atas bukit yang sebelumnya merupakan hutan di Cox's Bazaar.

Kepala Sekretariat Panel Kobsak Chutikul mengatakan, dunia tengah melawan waktu terkait bahaya yang mengancam para pengungsi itu. Dia mengatakan, kamp yang dihuni sekitar satu juta orang itu tidak didirikan agar dapat bertahan dari badai.

"Akan ada kematian dalam jumlah besar jika semua pihak tidak bergerak untuk mencapai kesepakatan dalam hal repatriasi," kata Kobsak Chutikul, Selasa (3/4).

Ancaman itu didapatkan berdasarkan analisis dari model komputer yang di buat lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait pengungsi (UNHCR). Model tersebut memperlihatkan lebih dari 100 ribu pengungsi terancam banjir dan longsor akibat badai menjelang musim hujan.

Badan Meteorologi Bangladesh memprediksi intensitas musim hujan biasa terlihat pada awal April dan mulai berkurang pada Juli. Pernyataan Kobsak Chutikul juga dikeluarkan menyusul pencegahan sebuah kapal pengungsi Rohingya yang berusaha masuk ke Malaysia. Kapal bermuatan 56 warga Rohingya itu dicegat oleh otoritas maritim Malaysia di dekat Pulau Langkawi.

Otoritas Malaysia kemudian akan mengizinkan warga minoritas Muslim tanpa kewarganegaraan tersebut untuk memasuki negara. Kedatangan mereka diduga dipicu oleh kondisi kamp pengungsian di Bangladesh yang penuh sesak.

Sementara, proses repatriasi antara Bangladesh dan negara-negara tetangga saat ini sedang tertunda. Hal itu membuat pemerintah Bangladesh tengah berpacu melawan waktu untuk mempersiapkan kamp pengungsian anyar bagi para pengungsi. Kamp yang didirikan di sebuah pulau bernama Bhasan Char itu diperkirakan rampung sebelum musim hujan tiba.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement