Ahad 15 Apr 2018 15:32 WIB

Myanmar Mulai Pemulangan Rohingya

pengungsi Rohingya ini telah diperiksa oleh petugas imigrasi dan departemen kesehatan

Rep: Marniati/ Red: Andi Nur Aminah
Pengungsi Rohingya (ilustrasi)
Foto: BPMI
Pengungsi Rohingya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemerintah Myanmar telah memulai proses pemulangan pertama pengungsi Rohingya dari Bangladesh, Sabtu (14/4).

"Lima anggota keluarga Rohingya datang ke pusat penerimaan Taungpyoletwea di negara bagian Rakhine pagi ini," kata pemerintah Myanmar dalam sebuah pernyataan pada Sabtu malam dilansir Reuters.

Menurut pemerintah Myanmar, pengungsi Rohingya ini telah diperiksa oleh petugas imigrasi dan departemen kesehatan serta kesejahteraan sosial. Dinas terkait juga telah memberi pelayanan permukiman berupa bahan-bahan seperti beras, kelambu, selimut, kaos, longyis (sarung Myanmar) dan peralatan dapur.

Ia menambahkan anggota keluarga yang mengikuti peraturan akan dikeluarkan Kartu Verifikasi Nasional (NVC) setelah memasuki Myanmar. NVC adalah bagian dari upaya berkelanjutan pemerintah untuk mendaftarkan warga Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan.

Kartu tersebut telah ditolak secara luas oleh para pemimpin komunitas Rohingya. Mereka mengatakan kartu itu membuat Rohingya diperlakukan seperti imigran baru.

Sebagian besar Myanmar menganggap Rohingya sebagai imigran yang tidak diinginkan dari Bangladesh. Rohingya juga disebut sebagai "Bengali".

Pekan lalu, pejabat paling senior AS mengunjungi Myanmar. Asisten Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan Ursula Mueller, mengatakan kondisi di Myanmar tidak kondusif bagi kembalinya para pengungsi.

Hal ini karena kurangnya akses ke layanan kesehatan, dan kekhawatiran di kalangan Rohingya tentang perlindungan dan berlanjutnya pemindahan. Dia juga menggambarkan kondisi di kamp-kamp pengungsi internal sebagai sesuatu yang menyedihkan.

Beberapa kapal Rohingya dari bagian negara Rakhine telah meninggalkan Myanmar dalam beberapa bulan terakhir. Keberangkatan terkini terjadi pada Kamis.

Myanmar dan Bangladesh pada Januari lalu, setuju untuk menyelesaikan pemulangan sukarela para pengungsi dalam dua tahun. Myanmar mendirikan dua pusat penerimaan dan kamp sementara di dekat perbatasan di Rakhine untuk menerima kedatangan pertama pengungsi.

Sekitar 700 ribu pengungsi Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh. Mereka melaporkan adanya pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran dalam skala besar. Amerika Serikat dan PBB telah menggambarkan operasi militer Myanmar sebagai pembersihan etnis.

Myanmar membantah hampir semua tuduhan, dan mengatakan pihaknya melancarkan operasi kontra-pemberontakan yang sah. Militer mengatakan tindakan kerasnya dipicu oleh serangan gerilyawan Rohingya di puluhan pos polisi dan pangkalan militer Agustus lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement