Rabu 18 Apr 2018 07:21 WIB

Inggris Minta Myanmar Serius Soal Repatriasi Rohingnya

Myanmar hingga saat ini belum mengambil langkah konkrit terkait proses repatriasi.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi Rohingya di Bangladesh
Foto: BPMI
Pengungsi Rohingya di Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, EDINBURGH -- Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson meminta Myanmar menunjukan keseriusan terkait isu Rohingya. Johnson menuntut Pemerintah Myanmar untuk bersungguh-sungguh dalam hal memulangkan para pengungsi tersebut.

Hal yang ditekankan Johnson adalah menyangkut keselamatan para pengungsi saat kembali ke kampung halaman mereka. Ini mengingat laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyebut kekerasan dilakukan militer merupakan tindakan pembersihan etnis.

"Otoritas Burma perlu menunjukkan keseriusan tentang keselamatan dan keamanan Rohingya dan membiarkan lembaga independen melakukan investigasi karena ini hal yang penting," kata Boris Johnson, Rabu (18/4).

 

Baca juga,  Aung San Suu Kyi: Tak Ada Pembersihan Etnis Rohingya.

 

Hal serupa juga diminta oleh Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina. Dia bahkan meminta dunia internasional untuk memberikan tekanan lebih kepada Myanmar terkait masalah tersebut.

Dia mengatakan, Myanmar hingga saat ini belum mengambil langkah konkrit terkait proses repatriasi. Padahal, pemerintah Bangladesh telah menyodorkan daftar 8000 nama warga Rohingya dalam proses repatriasi tersebut. Ribuan daftar nama keluarga itu hingga kini masih belum bisa pulang ke kampung halaman mereka.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan, akan terus membawa permasalahan Rohingya ke hadapan PBB. Ini dilakukan agar dunia tidak melupakan konflik yang menimpa etnis tersebut di Myanmar.

Dia mengatakan, Inggris akan terus mendukung langkah Bangladesh yang telah bersedia menampung warga Rohingya yang melarikan diri. Hampir 700 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh sejak militer melancarkan operasi di negara bagian Rakhine.

PBB menemukan adanya pembunuhan dan pemerkosaan massal yang dialami warga Rohignya, termasuk anak-anak. PBB juga mendapati adanya kekerasan brutal yang dilakukan militer terhadap minoritas muslim tersebut. PBB menegaskan, peristiwa yang menimpa etnis Rohingya merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement