Senin 30 Apr 2018 14:58 WIB

Erdogan Harapkan Perdamaian Abadi di Semenanjung Korea

Pertemuan dua pemimpin Korea diharap bisa jadi permulaan yang baik.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Indira Rezkisari
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berbicara ketika mereka berjalan di sebuah jembatan di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).
Foto: Korea Summit Press Pool via AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berbicara ketika mereka berjalan di sebuah jembatan di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengharapkan terwujudnya perdamaian permanen dan abadi di Semenanjung Korea. Hal ini ia ungkapkan menyusul telah terselenggaranya KTT dua negara Korea pekan lalu.

Ia mengatakan Turki sangat menyambut baik pertemuan antara pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in. "Kami menginginkan pembicaraan yang dilakukan (antar dua Korea) soal perlucutan senjata nuklir sukses," katanya pada Ahad (29/4).

Erdogan pun berharap pertemuan antara Kim dan Moon menjadi langkah awal menuju perdamaian abadi di Semenanjung Korea. "Kami, terutama menginginkan perdamaian abadi, yang telah dirindukan Korea sejak puluhan tahun," ujarnya.

Erdogan mengungkapkan, ia telah diundang Moon untuk mengunjungi Korsel pada 2-3 Mei mendatang. "Selama kunjungan saya, kami akan bertukar pandangan untuk meningkatkan kerja sama kami. Kami akan membahas hubungan bilateral serta masalah regional dan internasional," ucapnya.

KTT Antar-Korea telah digelar di Panmunjom pada Jumat (27/4). Dalam KTT tersebut Kim dan Moon menandatangani Panmunjom Declaration for Peace, Prosperity, and Unification of the Korean.

Inti dari deklarasi tersebut adalah Korsel dan Korut sepakat untuk memulai rekonsiliasi dan menghentikan segala bentuk provokasi yang dapat memicu peperangan di Semenanjung Korea. Selain itu, Korut menyatakan akan meninggalkan program nuklirnya yang selama ini dianggap sebagai ancaman serius oleh Korsel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement