Senin 30 Apr 2018 19:03 WIB

Bangladesh Meminta PBB Tekan Myanmar Pulangkan Rohingya

Bangladesh menilai Rohingya ingin kembali ke Myanmar.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Nur Aini
 Tentara Bangladesh menghadang masuk pengungsi muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).
Foto: AP/Dar Yasin
Tentara Bangladesh menghadang masuk pengungsi muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Perdana Menteri Bangladesh, Syekh Hasina meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menekan Myanmar menarik kembali ratusan ribu muslim Rohingya yang melarikan diri dan berlindung di Bangladesh. Hal itu disampaikannya pada Dewan Keamanan saat PBB melakukan kunjungan ke Dhaka.

"Mereka (PBB) harus menekan pemerintah Myanmar sehingga mereka mengambil kembali warga mereka. Itu yang kami inginkan," kata Hasina pada wartawan, Senin (30/4).

Kunjungan utusan Dewan Keamanan bertujuan untuk melihat situasi masyarakat Rohingya setelah peristiwa pemusnahan etnis muslim Rohingya yang diduga dilakukan oleh pemerintah Myanmar. Terkait hal tersebut, pihak Myanmar telah membantah tuduhan itu, dengan mengatakan serangan yang dilakukan adalah hal yang sah.

Hasina mengatakan, para pengungsi dari Rohingya ingin kembali ke negaranya. "Mereka ingin kembali ke negara mereka. Sehingga, Dewan Keamanan bisa memiliki peran penting dalam hal tersebut," kata Hasina.

Juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay tidak langsung merespons permintaan Bangaldesh tersebut. Sementara itu, Menteri Kesejahteraan Sosial Myanmar Win Myat Aye juga menolak untuk berkomentar.

Duta Besar Kuwait untuk PBB Mansour Al-Otaibi, salah satu utusan Dewan Keamanan mengatakan pada Hasina PBB ingin menghentikan krisis kemanusiaan tersebut. Para utusan mengunjungi tempat pengungsian pada Ahad (29/4) dan melihat banyak masyarakat yang tinggal di tempat tinggal yang hanya terbuat dari bambu dan plastik.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement