Ahad 13 May 2018 13:01 WIB

Cina Kecam Kekerasan di Perbatasan Myanmar

Konflik tersebut telah memperburuk hubungan Cina dan Myanmar

Rep: Marniati/ Red: Budi Raharjo
Tentara Myanmar  (ilustrasi)
Foto: AP PHOTO
Tentara Myanmar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,NAYPYIDAW -- Cina pada Ahad (13/5), mengutuk pertempuran di Myanmar antara pasukan pemerintah Myanmar dan militan etnis di dekat perbatasan Cina. Pertempuran ini telah menyebabkan warga setempat melarikan diri ke wilayah Cina.

Kedutaan Cina di Myanmar mengatakan konflik itu telah mengirim peluru nyasar ke Cina. Ini juga menyebabkan sejumlah orang mencari perlindungan ke wilayah Cina.

"Kedutaan Cina di Myanmar mengutuk insiden kekerasan ini, dan merasa sedih bagi orang-orang tak berdosa yang dirugikan. Ini telah membuat representasi serius kepada pemerintah Myanmar," kata kedutaan Cina dalam sebuah pernyataan dikutip Reuters.

Cina menyerukan semua pihak untuk menahan diri, menerapkan gencatan senjata, dan mencegah meningkatnya kekerasan. Sehingga memulihkan perdamaian di wilayah perbatasan Cina-Myanmar.

Militer Myanmar sering bentrok dengan beberapa kelompok yang berjuang untuk otonomi yang lebih besar bagi etnis minoritas di daerah itu, di mana banyak arus perdagangan luar negeri Myanmar mengalir.

Pemerintah Myanmar mengatakan pada Sabtu bahwa pemberontak etnik di Myanmar menewaskan 19 orang. Termasuk empat anggota pasukan keamanan, dalam serangan di dekat gerbang perbatasan utama dengan Cina. Menurut juru bicara pemerintah, 15 warga sipil, termasuk dua wanita tewas dan 20 orang terluka.

Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), terdiri dari kelompok etnis Ta'ang atau Palaung. Kelompok itu telah menyerang sebuah kasino yang dijalankan oleh milisi dan sebuah pos tentara Myanmar di pinggiran kota perbatasan Muse. Muse terletak seratus meter dari sungai yang memisahkan negara bagian utara Myanmar dan provinsi Yunnan di Cina.

Kekerasan di sisi perbatasan Myanmar dalam beberapa tahun terakhir telah membuat ribuan orang melarikan diri melewati medan gunung yang terjal ke Cina. Pemerintah Cina sering mendirikan kamp-kamp bantuan untuk hal ini.

Pada 2017, pihak berwenang Cina memperkirakan kekerasan telah mengirim lebih dari 20 ribu pengungsi melintasi perbatasan. Pertempuran pada 2009 dan 2015 juga telah menelantarkan puluhan ribu orang.

Konflik tersebut telah memperburuk hubungan Cina dan Myanmar. Padahal Beijing berharap Myanmar dapat menjadi pintu gerbang utama dalam strategi "One Belt One Road" untuk mempromosikan hubungan ekonomi regional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement