Jumat 18 May 2018 18:46 WIB

Trump Tuduh Cina Berada di Balik Perubahan Sikap Korut

Perubahan sikap Kim dimulai setelah ia bertemu Xi di Kota Dalian, Cina utara

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Budi Raharjo
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kiri) dan Presiden Korea Selatan bergandeng tangan melangkah melewati perbatasan negara di Desa Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Jumat (27/4).
Foto: Korea Summit Press Pool via AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kiri) dan Presiden Korea Selatan bergandeng tangan melangkah melewati perbatasan negara di Desa Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Jumat (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump mengatakan Cina diduga berada di balik perubahan sikap yang ditunjukkan Korea Utara (Korut). Retorika keras Pyongyang terhadap Washington bahkan mengancam KTT AS-Korut yang akan diselenggarakan pada 12 Juni mendatang di Singapura.

"Sangat mungkin dia [Presiden Cina Xi Jinping] telah mempengaruhi Kim Jong-un," kata Trump, di Oval Office, Kamis (17/5). Menurut Trump, perubahan sikap Kim dimulai setelah ia bertemu dengan Xi di Kota Dalian, Cina utara.

Meski demikian, Trump berusaha untuk meredakan kekhawatiran Kim tentang potensi perubahan rezim. Ia berusaha meyakinkan Korut bahwa Kim akan tetap berkuasa bahkan jika dia melepaskan senjata nuklirnya.

Cina mungkin memiliki perasaan yang campur aduk melihat kedekatan hubungan antara Korut dan AS. Para pengamat mengatakan, Cina ingin ada kesepakatan yang dibuat antara Pyongyang dan Washington untuk memastikan Beijing masih menjadi pemegang kekuasaan di wilayah tersebut.

"Mereka ingin memastikan, hubungan potensial apa pun yang dijalin dari pertemuan antara Trump dan Kim tidak membayangi kekuasaan Cina," ujar Emily Weinstein, peneliti di Program Studi Keamanan Georgetown, kepada CNN.

Namun menurutnya, tidak diragukan lagi Cina masih mendukung kesuksesan pertemuan itu. KTT AS-Korut dinilai bisa mengarah pada denuklirisasi di Semenanjung Korea dan perdamaian di wilayah tersebut.

Kim melakukan kunjungan mendadak ke Kota Dalian di Cina utara pada 7 Mei lalu dan bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Kantor berita KCNA melaporkan, selama perjalanan itu, Kim menyatakan kedua negara tersebut tengah berada dalam era emas baru.

Pertemuan itu adalah pertemuan kedua Kim dengan Xi setelah pertemuan rahasia di Beijing pada akhir Maret lalu. Kunjungan ini adalah perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak ia menjadi pemimpin Korut, setelah kematian ayahnya pada 2011.

John Delury, profesor di Universitas Yonsei Seoul, mengatakan kedekatan kedua negara itu bukan berarti Korut menjadi sangat terikat dengan Cina. "Selalu ada godaan untuk menjadikan Korut sebagai pion dalam permainan Cina, tetapi Korut memiliki permainan sendiri di sini dan Kim Jong-un tidak hanya akan memberikan penawaran terhadap Xi Jinping," papar Delury.

Dalam pernyataan publik pertamanya sejak Korut mengancam akan membatalkan KTT AS-Korut di Singapura, Beijing menyerukan Washington untuk tetap bertemu dengan Pyongyang. "Apa yang ingin saya tekankan adalah, ketegangan yang mereda di semenanjung itu sulit didapatkan," kata Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi saat berkunjung ke Prancis, menurut Kementerian Luar Negeri Cina.

Cina telah menyatakan mendukung pertemuan antara Trump dan Kim. Pada Kamis (17/5), Xi bertemu dengan delegasi pejabat senior Korut dan mengatakan dia mendukung denuklirisasi di semenanjung Korea serta mendukung hubungan yang lebih hangat antara Pyongyang dan Washington.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement