Senin 21 May 2018 13:11 WIB

Wawancara Khusus Anwar Ibrahim: Mahathir Sanggup Berubah (2)

Mahathir mendatangi Anwar di mahkamah mengajak bersatu melawan rezim.

Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat Malaysia, Anwar Ibrahim berfoto bersama presiden ketiga RI, BJ Habibie
Foto: RepublikaTV/Fian Firatmaja
Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat Malaysia, Anwar Ibrahim berfoto bersama presiden ketiga RI, BJ Habibie

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Irfan Junaedi

Satu hal yang juga mengejutkan adalah kehadiran Mahathir di barisan Anda. Bagaimana ini bisa terjadi?

Doktor Mahathir mengunjungi saya di penjara pada saat kasus masih di mahkamah. Di penjara melarang semua pertemuan kecuali dengan kerabat dekat, yakni keluarga, istri, dan anak-anak. Tidak dibenarkan orang lain. Tapi, saat ada kasus mahkamah yang terkait dengan Mahathir, dia datang. Saya kenal kan Mahathir.

Dengan dia dan kedudukan dia, datang dan menemui saya, walaupun dalam pertemuan itu tidak menyebut minta maaf, tapi datang menyatakan bahwa dia bersedia dan memohon supaya ada kerja sama yang baik dan lupakan yang lalu, memang ada kesilapan-kesilapan (kekeliruan) di masa lalu.

Saya sebagai manusia Muslim, fa ashlihu baina akhwaikum (berdamailah kamu di antara saudara-saudaramu), jadi saya pun ambil pendekatan yang agak lebih sederhana. Walaupun sebenarnya amat sukar bagi saya, Azizah, dan anak-anak, terutama anak-anak paling sukar menerima. Kemudian, kita susuli dengan wacana pada pimpinan Partai Keadilan, bahwa perubahan ini bukan soal Anwar.

Anwar selalu menekankan, dia boleh memaafkan siapa saja, tapi untuk bekerja sama itu kita ada agenda. Badan kehakiman yang bebas, media yang bebas, dan ekonomi yang menunjukkan kepedulian kepada rakyat dan tidak menekan. Jadi, dia (Mahathir) setuju, kemudian teken deklarasi rakyat, selepas itu dia sekali lagi mengunjungi saya di mahkamah juga.

Itu tahun berapa?

Setahun yang lalu, hampir. Eh, lebih lebih setahun yang lalu. Tapi, pertemuan itu dia bilang, “Anwar, saya prihatin nasib Saudara. Walaupun yang dulu-dulu saya secara pribadi tidak terlibat, saya hanya mendengar, dan mengikut karena terpengaruh.”

Tapi, kemudian saya jawab, okelah. Let’s move on, jangan terhambat karena peristiwa-peristiwa yang lalu, dan lalu kita maju. Dia masuk dengan Pakatan Harapan dan dia ambil saya sebagai ketua umum, dia yang mengurusi, dan Azizah presiden. Dan itu kita terus, alhamdulillah, sampai sekarang.

Selain jiwa seorang Muslim, ada faktor lain yang membuat Anda begitu terbuka menerima Mahathir?

Saya lihat ada pertanda dia sanggup mendengar dan berubah. Pada masa itu dia dicerca di media dan dia sedikit mengalami, sedikit, secebis daripada yang kami alami di era beliau. Dihalang, dicekal, kemudahannya ditarik. Jadi, ini semua mengajarkannya dia juga, kalau ini berlaku kepada beliau maka ini harus dihentikan semua. Jadi, ini juga membantu meningkatkan kerja sama kita karena ada yang sama-sama dialami.

Yang penting, sehari saya bebas, Yang Dipertuan Agung undang saya segera ke istana dan jaksa agung menjelaskan bahwa yang dia pilih menjadi sebab untuk mengampunkan adalah bukan sebab permohonan saya, tapi karena mencatat berlakunya pelanggaran hukum, kezaliman, penindasan yang menyebabkannya. Dan Agung setuju bahwa ini membatalkan record apa yang disebut sebagai kesalahan yang lalu yang melibatkan perdana menteri ketika itu.

Bagi saya, ini juga kecaman bagi lembaga kehakiman. Dan dia katakan, “Ya, saya bicara yang benar. Jadi, kalau Anwar nak ulang, silakan ulang.” Jadi itu yang saya katakan.

Baca Juga: Wawancara Khusus Anwar Ibrahim: Rakyat Ingin Perubahan (1)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement