Rabu 23 May 2018 08:15 WIB

Pejabat Korsel: Pertemuan Kim-Trump 99,9 Persen akan Terjadi

Gedung Putih akan melanjutkan persiapan untuk KTT.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Ani Nursalikah
Donald Trump (kiri) dan Kim Jong Un (kanan)
Foto: VOA
Donald Trump (kiri) dan Kim Jong Un (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pejabat Korea Selatan (Korsel) optimistis, pertemuan yang direncanakan antara pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump 99,9 persen akan terjadi. Pernyataan ini disampaikan penasehat keamanan nasional untuk Presiden Moon Jae In, Chung Eui Yong, menghadapi keraguan yang berkembang tentang perencanaan pertemuan.

Dilansir di Strait Times, Selasa (22/5), Chung mengelak isu Trump menjadi gugup bertemu Kim di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Singapura pada 12 Juni mendatang. "Kami tidak merasakan semua itu," ujarnya.

Tapi, optimistis itu seperti terbantahkan lagi oleh pernyataan Trump semalam terkait apakah pertemuan akan berlangsung sesuai jadwal atau tidak. "Jika itu tidak terjadi, mungkin akan terjadi nanti," ujarnya saat memulai pembicaraan dengan Presiden Moon di Gedung Putih.

Trump juga mengatakan, dirinya percaya Kim serius tentang denuklirisasi. Ia mengatakan, Gedung Putih akan melanjutkan persiapan untuk KTT.

Hanya beberapa pekan setelah Kim menyatakan sejarah baru dan era perdampaian pada pertemuan puncak April bersama Moon, Pyongyang tiba-tiba membatalkan pembicaraan tingkat tinggi dengan Seoul. Bahkan, ada ancaman bahwa Pyongyang akan melakukan hal yang sama untuk pertemuan Singapura.

Rezim tersebut diperkirakan karena latihan militer kolaborasi Amerika-Korsel yang sudah direncanakan sejak lama. Korut juga mencabut undangannya bagi jurnalis Korsel untuk mengunjungi Korut dan menyaksikan penutupan tempat uji coba nuklirnya pada pekan ini.

Pengajar studi Korut di Universitas Korea, Korsel, Yoo Ho Yeol menjelaskan, Moon memegang peranan penting dalam konflik dua negara ini. Moon bisa menarik perhatian Trum dengan meyakinkannya ia dapat melihat titik terang denuklirisasi Korea Utara dalam masa jabatannya, ucap Yoo.

Senada dengan Yoo, seorang penasihat khusus kepresidenan, Moon Chung In menjelaskan, Korsel harus menduduki peran sebagai mediator. "Tujuannya, mempersempit celah pada ruang lingkup, isi, metode dan waktu denuklirisasi Korut antara Trump dan Kim," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement