Rabu 06 Jun 2018 17:38 WIB

Cina tak Takut dengan Pesawat Pengebom AS

AS menilai Cina bukanlah tetangga yang baik.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Pesawat pengebom AS B-52.
Foto: Youtube
Pesawat pengebom AS B-52.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina mengaku tidak takut dengan dua pesawat pengebom milik Amerika Serikat (AS) yang dilaporkan terbang melintasi di Laut Cina Selatan (LCS).

Cina mengaku akan melakukan semua upaya untuk melindungi perairan konflik yang mereka klaim sebagai kawasan teritorial negara mereka.

"Tidak ada kapal atau pesawat yang bisa membuat Cina takut untuk terus melindungi teritorial kami dan menjaga perdamaian serta stabilitas di LCS," kata Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Cina Hua Chunying, Selasa (6/6).

Komentar tersebut dilontarkan menyusul dua pesawat pengebom AS yang terbang dekat dengan Kepulauan Spartly yang diklaim Cina. Pemerintah Cina telah membangun pangkalan militer dan landasan pacu di pulau yang menjadi sengketa tersebut.

AS menilai militerisasi yang dilakukan Cina di LCS menunjukkan jika mereka bukanlah tetangga yang baik lantaran telah mengintimidasi negara tetangga. Lebih jauh, Paman Sam menekankan kebebasan navigasi di perairan yang disengketakan oleh enam negara itu.

Baca juga,  Cina Diam-Diam Pasang Rudal di Laut Cina Selatan.

Cina meminta Washington menjelaskan tindakan mereka terkait operasional pesawat pengebom tersebut. Cina berpendapat jika pengiriman dua pesawat tersebut dapat dikategorikan sebagai militerisasi LCS oleh AS. Cina juga meminta AS untuk segera menghentikan isu militerisasi dan memprovokasi masalah tersebut.

photo
Kapal induk AS Carl Vinson berlayar di Laut Cina Selatan.

Pemerintah AS mengaku, bukan tidak ingin membina hubungan baik dengan Cina terkait konflik LCS. Kendati demikian, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan, kebijakan Cina dalam hal militerisasi LCS memaksa Pentagon untuk melawan semaksimal mungkin hal tersebut.

Seperti diketahui, LCS merupakan salah satu jalur perdagangan tersibuk di dunia. Perairan tersebut disengketakan oleh enam negara yakni, Malaysia, Filipina, Taiwan, Vietnam dan Brunei Darussalam.

LCS menjadi polemik lantaran merupakan jalur laut strategis. Perairan tersebut dilalui kapal muatan barang dagang senilai lebih dari 5 triliun dolar AS setiap tahun. Belum lagi potensi perikanan yang dapat memasok pangan warga di kawasan tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement