Sabtu 09 Jun 2018 10:43 WIB

Dianggap Merugikan, Israel Cabut Larangan Visa Turis Indonesia

Dunia pariwisata Israel menyambut baik pencabutan larangan visa turis Indonesia ini

Rep: ABC/ Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID  Larangan masuk bagi warga negara Indonesia ke Israel dilaporkan telah ditunda hingga 26 Juni. Asosiasi pariwisata Israel menyambut baik keputusan untuk mengizinkan wisatawan dari mayoritas Muslim terbesar di dunia.

Pemerintah Israel telah membatalkan larangan perjalanan bagi warga negara Indonesia yang dimaksudkan untuk berlaku pada tanggal 9 Juni. Keputusan itu akhirnya ditunda hingga 26 Juni.

Dengan demikian, sekitar 2.200 warga yang dijadwalkan memasuki Israel di masa mendatang tidak akan dibatalkan.

Seperti diberitakan media Israel, Times of Israel, kepala asosiasi pariwisata, Israel Incoming Tour Operator Association, Yossi Fatal menyambut baik keputusan tersebut.

Dia sebelumnya telah mengirim surat kepada Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Yuval Rotem dan Menteri Pariwisata Yariv Levin untuk mengadakan pertemuan penting untuk mempertimbangkan kembali larangan tersebut.

Dalam suratnya, Fatal memperingatkan bahwa keputusan untuk menolak warga negara Indonesia ke Israel akan menyebabkan kerusakan parah bagi industri pariwisata Israel. Ini karena pembatalan penerbangan, hotel, tur, dan layanan lain yang telah dipesan dan dibayar.

"Kami menyerukan kepada Kementerian Luar Negeri untuk mempertimbangkan kembali pendiriannya, yang dianggap oleh rekan-rekan kami di seluruh dunia sebagai tidak proporsional, berlebihan dan berbahaya bagi institusi Kristen secara keseluruhan - dan bukan hanya turis dari Indonesia," tulis Fatal dalam suratnya.

Fatal meminta Kementerian Luar Negeri Israel untuk mengadakan pertemuan darurat dengan Kementerian Pariwisata untuk mencari solusi. Juga, segera mengizinkan masuknya semua wisatawan Indonesia yang telah memperoleh visa sebelum larangan ini diberlakukan.

Fatal mengatakan bahwa antara 80 dan 100 kelompok wisatawan Indonesia, dijadwalkan tiba di Israel dalam tiga minggu ke depan.

Sebelumnya, pihak berwenang Israel telah dilaporkan melarang orang Indonesia memasuki negara itu. Hal ini menyusul keputusan Jakarta untuk melarang masuk ke Israel dalam menanggapi krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza, Palestina.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Israel Emmanuel Nahshon mengatakan pembatalan larangan itu hanya sementara untuk kepentingan Ramadan dan Idul Fitri. "Jika Indonesia juga membatalkan larangan kunjungan bagi warga Israel, larangan serupa tidak akan diterapkan lagi setelah 26 Juni," kata Nahshon kepada albalad.co, media independen Indonesia yang fokus pada isu Timur Tengah.

"Kebijakan ini akan ditinjau kembali dalam pertemuan tingkat menteri dalam beberapa hari ke depan," katanya.

Larangan perjalanan merugikan semua pihak

Larangan perjalanan bagi wisatawan Indonesia juga akan sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat Palestina yang telah begitu terisolasi. "Ini menyakiti semua pihak. Saya bekerja keras untuk memperbaikinya sejak hari pertama," kata Maher Canawati, seorang pengusaha Palestina dari Bethlehem kepada Alfred Ginting dari ABC Indonesia.

Anggota dewan kota Bethlehem adalah tokoh terkenal di kalangan turis Indonesia yang mengunjungi Bethlehem karena ia berbicara bahasa Indonesia dengan lancar. Pemilik toko cenderamata Three Arches ini telah mengunjungi Indonesia beberapa kali untuk mempromosikan pariwisata Palestina di wilayah mayoritas Kristen di Indonesia.

Menurut Maher, sekitar 25 ribu wisatawan Indonesia mengunjungi Palestina per tahun. Indonesia berada di posisi kelima asal turis terbanyak ke Palestina setelah dari Amerika Serikat, Rusia, China, dan Eropa.

"Kami sangat bergantung pada pariwisata. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain meminta Israel membatalkan larangan itu. "Kami tidak mengontrol satu pun perbatasan, atau bandara."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement