Rabu 13 Jun 2018 01:11 WIB

Soal Korut, Pernyataan Trump Kejutkan Korea Selatan

Keputusan sepihak dari AS tersebut mengurangi kredibilitas aliansi bersama.

Rep: Fauziah Mursyid/ Red: Agung Sasongko
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6).
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesepakatan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un pada Selasa (12/6) yang ingin mengakhiri latihan militer bersama dengan Korea Selatan (Korsel) sebagai upaya denuklirisasi Korut membuat pejabat militer AS dan Korsel terkejut.

Saat ini mantan pejabat pertahanan AS menyatakan keprihatinan atas kemungkinan bahwa AS secara sepihak akan menghentikan latihan militer tanpa konsesi eksplisit dari Korut menurunkan ancaman dari Pyongyang.

"Saya agak kaget tentang betapa kami menyerah dan betapa sedikit yang kami dapatkan sebagai balasannya," kata seorang mantan pejabat militer AS, seperti dikutip Reuters, Selasa (12/6).

Menurut dia, keputusan sepihak dari AS tersebut mengurangi kredibilitas aliansi bersama yang terjalin AS-Korsel selama ini.

Setelah pertemuan puncak, Trump membuat pernyataan dalam sebuah konferensi pers menyebut akan mengakhiri latihan perang provokatif dengan Korea Selatan. Trump juga mengatakan ingin menarik pasukan AS saat ini di Korea Selatan.

Seorang juru bicara pasukan militer AS di Korsel mengatakan bahwa hingga saat ini belum menerima arah untuk menghentikan latihan militer bersama. Pihak Pentagon tidak segera menyempurnakan pernyataan Trump tentang menangguhkan latihan militer dengan Korea Selatan.

"Kami akan memberikan informasi tambahan saat tersedia," kata juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Chris Logan.

Ditanya tentang rencana untuk menghentikan latihan, seorang pejabat AS berbicara dengan syarat anonim mengangkat bahu dan menyebutnya keputusan politik, bukan militer.

Korea Selatan Terkejut

Pernyataan Trump sehabis bertemu dengan Kim juga membuat pihak Korea Selatan terkejut. Seorang pejabat Korea Selatan mengatakan, awalnya dia mengira Trump telah salah bicara.

"Saya terkejut ketika dia menyebut latihan militer 'provokatif'. Kata yang sangat tidak mungkin untuk digunakan oleh presiden AS," kata pejabat itu, berbicara dengan syarat anonim.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in disebut telah berkomunikasi melalui telepon dengan Trump selama 20 menit pada Selasa malam. Namun, dalam panggilan tersebut tidak disebutkan latihan militer.

Korea Selatan mengatakan bulan lalu bahwa masalah pasukan AS yang ditempatkan di sana tidak terkait dengan perjanjian perdamaian pada masa depan dengan Korea Utara dan bahwa pasukan AS harus tetap ada, meskipun perjanjian tersebut ditandatangani.

photo
Infografis

Cina, mitra terdekat Korea Utara, juga telah meminta persetujuan pembekuan tempat latihan akan ditangguhkan sebagai ganti bagi Korea Utara menghentikan pengembangan persenjataannya.

Amerika Serikat telah menolak proposal tersebut pada masa lalu. Namun, Korea Utara telah secara sepihak mengumumkan diakhirinya pengujian senjata nuklir dan rudal balistik, sedangkan Trump tampaknya saat ini berniat untuk mengakhiri latihan sementara.

Namun demikian, ada kekhawatiran Kim hanya mengulangi komitmen samar untuk betul-betul melaksanakan denuklirisasi Semenanjung Korea. Beberapa ahli juga mempertanyakan langkah yang dibuat Trump adalah konsesi yang berlebihan.

"Saya berharap--tetapi saya belum yakin--bahwa (Korea Utara) akan mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan konsesi yang telah dibuat oleh Trump dengan mengakhiri latihan militer di Korea Selatan dan memberikan legitimasi Mr Kim dengan KTT ini," ujar Pejabat pengendali senjata pada era Presiden Barack Obama, Thomas Countryman.

Direktur perencanaan kebijakan Departemen Luar Negeri AS (2003-2005) Mitchell Reiss mengatakan, penting untuk membuat keputusan seperti itu bersama-sama dengan Korea Selatan.

"Pertanyaan pertama saya adalah apakah sekutu kami, Korea Selatan, telah dikonsultasikan sebelum menangguhkan latihan militer ini," kata Reiss kepada Reuters. "Pertanyaan kedua saya adalah apa yang kami terima sebagai imbalan atas konsesi ini," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement