Rabu 13 Jun 2018 04:45 WIB

Kepercayaan Trump kepada Kim Jong-un Diragukan

Partai Demokrat mengkritisi pertemuan kedua pihak yang sangat kurang persiapan.

Rep: Fauziah Mursyid/ Red: Agung Sasongko
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6).
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Parlemen Amerika Serikat (AS) skeptis atas kepercayaan Presiden AS Donald Trump kepada Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un pascapertemuan puncak di Singapura, Selasa (12/6).

Meski Partai Republik secara bulat memuji pertemuan sejarah antara Trump dan Kim sebagai upaya menuju perdamaian di kawasan Asia, sejumlah pihak memperingatkan Trump bahwa Korut telah gagal menahan ambisi nuklirnya, meski sudah ada komitmen serupa pada masa lalu.

"Sementara saya senang Presiden dan Kim Jong-un dapat bertemu, tapi sulit untuk menentukan apa yang telah terjadi," ujar Ketua Partai Republik untuk komite hubungan luar negeri, Bob Corker, seperti dikutip the Guardian, Selasa (12/6)

Dalam pertemuan tersebut, terdapat kesepakatan antara Trump dan Kim untuk denuklirisasi komprehensif. Namun, juru bicara parlemen Paul Ryan juga mengingatkan tidak sepenuhnya mempercayai Kim Jong-un.

"Kita harus selalu jelas bahwa kita berurusan dengan rezim brutal dengan sejarah yang panjang. Hanya waktu yang akan memberitahu jika Korea Utara serius saat ini. Sementara itu, kita harus terus menerapkan tekanan ekonomi maksimum," ujar Paul.

Sama halnya dengan Pemimpin Mayoritas Senat Micth McConnell yang memuji langkah bersejarah Trump, tetapi juga perlu mengantisipsi jika Korea Utara tidak menindaklanjuti kesepakatan.

"Jika Korea Utara tidak membuktikan bersedia untuk menindaklanjuti, kami dan sekutu kami harus siap untuk memulihkan kebijakan tekanan maksimum," kata McConnell.

Sementara itu, Partai Demokrat mengkritisi pertemuan kedua pihak yang sangat kurang persiapan di pihak administrasi Trump. Sehingga, yang tampak hanya pada pembuatan citra daripada substansi.

"Keberhasilan diplomatik akan menjadi denuklirisasi lengkap yang dapat dibuktikan secara lengkap di Semenanjung Korea, tidak kurang," kata pemimpin minoritas Senat Chuck Schumer.

Ia kembali melanjutkan, justru ketidakhati-hatian akan menimbulkan persoalan besar. Sebuah nuklir Korea Utara dengan ICBM mungkin menghadirkan bahaya yang lebih besar bagi Amerika Serikat, serta keamanan dan kesejahteraan negara, daripada yang lain di dunia.

Senator lain Partai Demokrat, Chris Coons, mengatakan, Trump telah memberikan legitimasi Kim di panggung dunia tanpa mengeluarkan konsesi nyata tentang hak asasi manusia atau denuklirisasi.

"Untuk perjanjian ini dengan Korea Utara berarti sesuatu untuk itu menjadi sesuatu yang lebih dari reality TV pertemuan, akan ada banyak kerja keras pada bulan depan. Saya khawatir administrasi Trump tidak siap untuk melakukan kerja keras itu," katanya.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement