Senin 18 Jun 2018 06:18 WIB

Yonhap: AS-Korsel akan Umumkan Penangguhan Latihan Militer

Akhir musim panas tahun ini kedua negara berencana menggelar latihan militer bersama

Pasukan marinir AS saat beraksi di Korsel, beberapa waktu lalu.
Foto: USMC
Pasukan marinir AS saat beraksi di Korsel, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan mengumumkan penangguhan latihan militer berskala besar pekan ini. Penangguhan latihan militer ini dilakukan dengan ketentuan bahwa mereka akan memulai kembali jika Korea Utara gagal memenuhi janjinya untuk denuklirisasi.

Kantor berita Yonhap mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya, melaporkan pada Ahad (17/6) bahwa penangguhan itu kemungkinan hanya mempengaruhi latihan gabungan, bukan lagi pelatihan militer rutin. Presiden AS Donald Trump mengejutkan para pejabat di Seoul dan Washington ketika ia berjanji untuk mengakhiri 'permainan perang' setelah pertemuan puncaknya dengan pemimpin Korut Kim Jongun di Singapura pekan lalu.

Segera setelah pengumuman itu, pasukan AS di Korea megatakn mereka tidak menerima petunjuk untuk menghentikan latihan apa pun, dan para pejabat Korsel mengatakan mereka mencoba untuk mencari tahu latihan militer mana yang dimaksud Trump.

Namun, dalam tanda bahwa Seoul mungkin terbuka untuk menangguhkan latihan, Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan pada Kamis bahwa pemerintahnya akan perlu fleksibel ketika waktunya tiba untuk menerapkan tekanan militer pada Korut, jika pihak Korut tulus tentang denuklirisasi.

Moon mengatakan Korsel akan mempertimbagnkan dengan hati-hati latihan militer bersama dengan AS dan dia meminta para pejabatnya untuk bekerja sama dengan AS mengenai masalah tersebut, demikian pernyataan kantornya pada saat itu.

Yonhap juga melaporkan bahwa selama pebicaraan militer antara kedua Korea pada Kamis, pejabat Korsel meminta rekan-rekan mereka di Korut untuk merelokasi artileri yang berjarak 30 hingga 40 kilometer jauhnya dari garis demarkasi militer, yang dijaga ketat yang membagi kedua negara.

Kementerian Pertahanan Korsel membantah telah membuat permintaan seperti itu, kata Yonhap. Pembicaraan itu, yang pertama dalam lebih dari satu dekade, diadakan di desa perbatasan Panmunjom (zona demiliterisasi), menyusul pertemuan puncak antarKoreapada April di mana para pemimpin kedua Korea sepakat untuk meredakan ketegangan dan menghentikan semua tindakan bermusuhan.

Korut dan Korsel gagal mencapai kesepakatan konkrit selama pembicaraan itu, kata para pejabat. "Korut mengusulkan kepada Seoul untuk melucuti senjata, pada basis latihan, Daerah Keamanan Bersama di Panmunjom, satu-satunya tempat di zona demiliterisasi di mana tentara kedua negara berdiri hampir berhadap-hadapan," kata juru bicara kepresidenan Korsel pada Jumat.

Sekitar 28.500 tentara AS ditempatkan di Korsel, warisan Perang Korea, yang berakhir pada 1953 dalam gencatan senjata yang menyebabkan kedua Korea secara teknis masih berperang.

Dalam sidang Senat pada Kamis, calon Trump untuk duta besar Korsel, purnawirawan Laksamana Harry Harris, mendukung gagasan jeda dalam latihan militer besar. Ia mengatakan bahwa pemahamannya adalah bahwa penangguhan hanya akan melibatkan latihan militer besar dan bahwa pelatihan reguler pasukan AS di Korsel akan berlanjut, meskipun keputusan akhir tergantung pada Departemen Pertahanan.

Kalender latihan AS-Korsel mencapai titik tertinggi setiap tahun dengan pelatihan militer Foal Eagle dan Max Thunder, yang keduanya selesai pada bulan lalu. Latihan besar berikutnya, yakni Ulchi Freedom Guardian, direncanakan digelar akhir musim panas.

Tahun lalu, 17.500 tentara AS dan lebih dari 50 ribu tentara Korsel berpartisi dalam latihan Ulchi Freedom Guardian, meski latihan itu kebanyakan difokuskan pada simulasi komputer ketimbang latihan lapangan langsung yang menggunakan senjata, tank atau pesawat terbang.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement