Selasa 19 Jun 2018 06:45 WIB

Ayah Model Altantuya akan Bertemu Jaksa Agung Malaysia

Pembantu mantan perdana menteri Najib Razak terlibat dalam pembunuhan Altantuya

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nidia Zuraya
Jaksa Agung baru Malaysia Tommy Thomas.
Foto: The Star
Jaksa Agung baru Malaysia Tommy Thomas.

REPUBLIKA.CO.ID, PETALING JAYA -- Ayah model asal Mongolia Altantuya, Shaariibuu Setev, berada di Malaysia untuk bertemu dengan Jaksa Agung Tommy Thomas. Keduanya akan mendiskusikan kemungkinan membuka kembali penyelidikan atas pembunuhan Altantuya.

Pengacara Shaaribuu Setev, Ramkarpal Singh, mengungkapkan bahwa kliennya akan bertemu Thomas besok (Selasa, 19/6). Ramkarpal juga mencoba mengatur pertemuan antara Shaaribuu dan Perdana Menteri Dr Mahathir Mohamad.

"Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mendiskusikan kemungkinan membuka kembali penyelidikan atas kasus pembunuhan Altantuya. Masih banyak yang tidak kami ketahui tentang kasus ini," kata Ramkarpal seperti dilansir Malaysiakini, Senin (18/6).

"Kami tidak tahu siapa yang memerintahkannya (Altantuya) dibunuh. Mereka yang memerintahkan pembunuhannya juga bersalah atas pembunuhan dan harus dibawa ke pengadilan," lanjut dia.

Karena itu dia berharap penyelidikan baru akan mengungkapkan siapa dalang pembunuhannya. Dan itu pun memang sesuai dengan apa yang diinginkan ayahnya agar dia bisa melanjutkan hidupnya.

Altantuya tewas antara 19 dan 20 Oktober 2006, oleh dua petugas polisi Malaysia. Model Mongolia tersebut ditembak dua kali di kepala sebelum dibungkus dengan bahan peledak kelas militer dan hancur berkeping-keping di hutan. Motif untuk kejahatan dan sumber perintah polisi masih belum diketahui.

Pembunuh itu, Kepala Inspektur Azilah Hadri dan Kopral Sirul Azhar Umar, adalah anggota unit komando polisi elit yang menyediakan pengawal bagi para pemimpin tertinggi Malaysia.

Keduanya dihukum dan dijatuhi hukuman mati. Namun, Sirul melarikan diri ke Australia sebelum putusan pengadilan terakhir dan telah ditahan di Sydney selama hampir dua tahun.

Pembunuhan Altantuya menarik perhatian karena keterlibatan Abdul Razak Baginda, yang pernah menjadi pembantu mantan perdana menteri Najib Razak. Razak, yang didakwa bersama Sirul dan Azilah, dibebaskan tanpa pembelaannya dipanggil. Dia juga mengaku berselingkuh dengan wanita Mongolia.

Kasus ini juga dikaitkan dengan pembelian dua kapal selam Perancis oleh Malaysia, sebuah kesepakatan yang masih dalam penyelidikan di Prancis karena dugaan suap yang melibatkan sebuah perusahaan yang terkait dengan Razak.

Bulan lalu, Shaariibuu membuat permohonan yang berapi-api kepada pemerintah Pakatan Harapan untuk membuka kembali penyelidikan untuk menemukan identitas orang yang memerintahkan pembunuhannya. Dalam sepucuk surat kepada Ramkarpal, dia mengatakan "orang yang berkuasa" pasti telah menjatuhkan sanksi atas kejahatan tersebut.

Setelah kemenangan pemilu Pakatan Harapan pada 9 Mei, Sirul mengatakan dia siap untuk kembali ke Malaysia dan mengekspos orang-orang yang dikatakannya berada di balik pembunuhan itu. Tapi Sirul, dalam wawancara dengan The Guardian, menolak saran baru-baru ini oleh Ramkarpal untuk mengubah hukuman mati menjadi penjara seumur hidup.

Dia juga mengklaim bahwa dia adalah kambing hitam "dalam kejahatan politik yang rumit" dan menyangkal dia pernah mengaku membunuh model Mongolia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement