Sabtu 23 Jun 2018 11:28 WIB

Mantan PM Korsel Kim Jong-pil Tutup Usia

Lee Mi-jong mengatakan kematiannya diakibatkan oleh penyakit komplikasi terkait usia.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Bendera Korea Selatan
Foto: EPA
Bendera Korea Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL- Mantan perdana menteri Korea Selatan (Korsel) Kim Jong-pil meninggal dunia di usia 92 tahun. Kim tutup usia saat dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Soonchunhyang di ibu kota Seoul pada Sabtu (23/6). Petugas rumah sakit Lee Mi-jong mengatakan kematiannya diakibatkan oleh penyakit komplikasi terkait usia.

Pensiunan letnan kolonel ini merupakan salah satu pengerak utama dalam kudeta 1961, yang membawa Mayjen Park Chung-hee berkuasa di pemerintahan sampai pembunuhannya pada 1979.

Setelah Park merebut kekuasaan, Kim mendirikan dan memimpin Korean Central Intelligence Agency (KCIA), yang kini menjadi National Intelligence Service. Ia kemudian menjabat sebagai perdana menteri dalam pemerintahan Park dari 1971 hingga 1975.

Park menggunakan agen mata-mata sebagai alat untuk menekan rival politiknya di dalam negeri, termasuk pemimpin oposisi saat itu, Kim Dae-jung, yang menjadi presiden Korsel pada akhir 1990-an.

Sebuah laporan dari panel pencari fakta pemerintah pada 2007 menunjukkan, agen KCIA menculik Kim Dae-jung dari sebuah hotel di Tokyo pada 1973. Penculikan dilakukan beberapa hari sebelum dia dijadwalkan untuk membentuk koalisi organisasi Korsel yang berbasis di Jepang.

Tidak diketahui apakah penculikan itu direncanakan untuk membunuh Kim Dae-jung. Ia dilaporkan hampir dibuang ke laut, tetapi tidak jadi karena ada helikopter AS yang mendekat ke kapal yang membawanya.

Kim Jong-pil tidak memimpin KCIA pada saat penculikan itu. 25 tahun kemudian ia justru bergabung dengan Kim Dae-jung dan membantunya memenangkan pemilihan presiden pada 1997. Kim Jong-pil kemudian menjabat sebagai perdana menteri di pemerintahan Kim Dae-jung dari 1998 hingga 2000.

Setelah junta militer baru yang dipimpin oleh Jenderal Chun Doo-hwan berhasil merebut kekuasaan melalui kudeta setelah kematian Park, Kim Jong-pil dituduh melakukan korupsi. Ia menyerahkan hartanya senilai jutaan dolar AS sebelum pindah ke Amerika.

Kim Jong-pil kembali ke Korsel setelah masa pemerintahan Chun Doo-hwan habis. Ia mendirikan partai konservatifnya sendiri dan mengikuti pemilihan umum pada 1987, untuk bersaing dengan Roh Tae-woo, Kim Dae-jung, dan pemimpin oposisi lainnya Kim Young-sam.

Roh Tae-woo berhasil memenangkan pemilu berkat perpecahan suara oposisi. Sementara Kim Jong-pil berada di urutan keempat. Ketiga kandidat oposisi kemudian mendominasi politik Korsel dalam "era tiga Kim."

Pada 1990, Kim Jong-pil dan Kim Young-sam menggabungkan partai mereka dengan partai penguasa Roh Tae-woo. Penggabungan ini akhirnya membantu Kim Young-sam memenangkan pemilihan presiden pada 1992.

Setelah mendukung pemilihan presiden Kim Dae-jung pada 1997, Kim Jong-pil dan anggota partai konservatifnya diberi beberapa jabatan kabinet di pemerintahan. Namun koalisi mereka runtuh pada 2001 karena perselisihan tentang kebijakan Kim Dae-jung untuk melibatkan Korut dalam program bantuan dan pertukaran.

Dijuluki sebagai "manusia abadi no 2," Kim Jong-pil pernah menjabat sebagai anggota Majelis Nasional sebanyak sembilan kali. Dia mengundurkan diri dari politik pada 2004 setelah Partai Liberal yang didirikannya menderita kekalahan telak dalam pemilihan parlemen. "Saya telah benar-benar terbakar menjadi abu," katanya pada saat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement