Jumat 29 Jun 2018 13:25 WIB

Sekjen PBB akan Kunjungi Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Sekjen PBB dijadwalkan membahas solusi jangka menengah untuk pengungsi Rohingya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Para pengungsi Rohingya di Bangladesh melaksanakan Shalat Idul Fitri di masjid kecil di kamp-kamp kumuh.
Foto: Arabnews
Para pengungsi Rohingya di Bangladesh melaksanakan Shalat Idul Fitri di masjid kecil di kamp-kamp kumuh.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres akan mengunjungi pengungsi Rohingya yang tinggal di Cox's Bazar, Bangladesh, pekan depan. Rencana kunjungan ini telah dikonfirmasi PBB.

Juru bicara Guterres, Stephane Dujarric mengatakan, sekjen PBB akan ditemani Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam lawatannya ke Cox's Bazar. "Kunjungan mereka akan menyoroti kemurahan hati Bangladesh dalam menampung arus pengungsi terbesar tahun 2017 dan kebutuhan masyarakat internasional untuk berbuat lebih banyak," ungkap Dujarric pada Kamis (28/6), dikutip laman Anadolu Agency.

Dalam kunjungannya nanti, Guterres dan Kim akan didampingi Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi dan Direktur Eksekutif Dana Kependudukan PBB Natalia Kanem. "Mereka akan meninjau situasi Rohingya yang baru tiba di Bangladesh dan menilai kemajuan pengembalian pengungsi yang aman, sukarela, dan bermartabat, sesuai dengan standar internasional," kata Dujarric.

Baca juga: Bank Dunia Sediakan Rp 6,9 Triliun untuk Pengungsi Rohingya

Kunjungan tersebut juga akan dimanfaatkan Guterres dan Kim untuk melakukan dialog dengan Pemerintah Bangladesh mengenai perencanaan jangka menengah untuk situasi pengungsi. Dalam hal ini, PBB dan Bank Dunia menegaskan kembali dukungannya untuk menemukan solusi komprehensif guna membantu kehidupan para pengungsi.

Lebih dari setengah juta warga Rohingya telah melarikan diri dan mengungsi ke Bangladesh sejak militer Myanmar menggelar operasi di negara bagian Rakhine pada Agustus tahun lalu. Operasi digelar dalam rangka memburu gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA). Namun dalam pelaksanaannya pasukan atau para tentara Myanmar turut menyerang dan menghabisi warga sipil Rohingya di sana.

PBB telah menyatakan bahwa yang dilakukan militer Myammar terhadap Rohingya merupakan pembersihan etnis. PBB juga telah menggambarkan Rohingya sebagai orang-orang yang paling teraniaya dan tertindas di dunia.

Pada November 2017, Myanmar dan Bangladesh telah menyepakati proses repatriasi pengungsi. Namun pelaksanaan kesepakatan ini belum optimal. Cukup banyak pengungsi Rohingya di Bangladesh yang enggan kembali ke Rakhine.

Mereka mengaku masih trauma atas kejadian yang menimpanya pada Agustus tahun lalu. Selain itu, kesepakatan repatriasi pun tak menyinggung perihal jaminan keamanan dan keselamatan bagi warga Rohingya yang kembali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement