Rabu 11 Jul 2018 17:19 WIB

Iran Minta Dukungan Indonesia Hadapi Sanksi AS

Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Masoumeh Ebtekar
Foto: Youtube
Masoumeh Ebtekar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menerima kunjungan kehormatan Wakil Presiden Iran untuk Bidang Perempuan dan Urusan Keluarga Masoumeh Ebtekar. Dalam pertemuan tersebut, Ebtekar menyampaikan posisi Iran terkait perkembangan mengenai kesepakatan nuklir dunia khususnya penarikan diri Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian program nuklir antara Iran dengan kekuatan dunia yang disepakati pada 2015. Keluarnya Amerika Serikat dari perjanjian itu dinilai akan meningkatkan risiko konflik di kawasan Timur Tengah

Trump menyatakan Amerika Serikat telah menarik diri dari perjanjian yang juga dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), dan akan kembali menerapkan sanksi ekonomi terhadap Teheran. Adapun, perjanjian nuklir Iran ditandangani oleh enam negara, yaitu Amerika, Inggris, Perancis, Rusia, China, dan Jerman; dengan Iran pada 2015. Sanksi yang akan diberlakukan berupa membatasi kemampuan Iran untuk menjual minyak atau bisnis di luar negeri.

Ebtekar menyampaikan, berbagai macam upaya berbeda harus dilakukan untuk mempertahankan non-proliferation. Dimana, kesepakatan internasional didasarkan pada Dewan Keamanan dan Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Adapun, Indonesia belum lama ini terpilih sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB.

"Bagaimana upaya-upaya yang berbeda harus dilakukan untuk mempertahankan non-proliferation deal, di mana kesepakatan internasional didasarkan pada dewan keamanan dan resolusi (PBB), untuk melindungi perdamaian dan keamanan dunia saat ini," ujar Ebtekar di Kantor Wakil Presiden, Rabu (11/7).

Menteri Luar Negeri Republik Indonesi Retno Marsudi mengatakan, Indonesia selalu menghormati multilateralisme dan percaya kepada kekuatan negosiasi. Dalam konteks JCPOA, Indonesia menghormati hasil negosiasi dan menyesalkan penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir tersebut. Retno berharap agar pihak-pihak lain yang ada di JCPOA untuk terus melaksanakan kesepakatan yang sudah berjalan itu.

"Kita tahu pada tanggal 6 Juli kemarin di Wina Austria, terdapat pertemuan pada tingkat menteri untuk joint commision of the JCPOA. Kalau kita baca isi dari hasil pertemuan pada tingkat menteri di JCPOA itu, maka memberikan harapan baru, memberikan platform baru bahwa JCPOA ini akan dapat dilanjutkan," kata Retno.

Retno mengatakan, Indonesia berharap hasil pertemuan di Wina tersebut dapat diimplementasikan sepenuhnya. Selain itu, Indonesia juga terus melakukan komunikasi dengan Uni Eropa.

Sebelumnya, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, Iran bisa mengurangi kerja sama dengan badan pengawas nuklir PBB. Dia menyalahkan Presiden AS Donald Trump atas situasi yang terjadi saat ini.

"Kegiatan nuklir Iran selalu diarahkan untuk tujuan damai, tapi Iran-lah yang akan memutuskan soal tingkat kerja sama yang akan diberikannya dengan IAEA," kata Rouhani dikutip dari kantor berita negara Iran, IRNA.

Rouhani menyatakan kecuali beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, seluruh dunia percaya pada Iran dan ingin memelihara JCPOA.

"Hari ini, kami memberitahu dunia bahwa jika anda khawatir mengenai akses Iran ke bom nuklir, kami telah menenangkan kekhawatiran ini di JCPOA dan kesepakatan itu menjamin bahwa Iran tidak berusaha memiliki senjata nuklir," kata Presiden Iran tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement