Kamis 26 Jul 2018 07:03 WIB

Mantan Bintang Kriket Unggul dalam Pemilu Pakistan

Hasil resmi akan diumumkan pagi ini.

Mantan bintang kriket Pakistan yang menjadi politikus, Imran Khan. Ketua Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf itu memberikan suaranya dalam pemilu di Islamabad, Pakistan, Rabu (25/7).
Foto: AP Photo/Anjum Naveed
Mantan bintang kriket Pakistan yang menjadi politikus, Imran Khan. Ketua Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf itu memberikan suaranya dalam pemilu di Islamabad, Pakistan, Rabu (25/7).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Mantan bintang kriket Pakistan yang menjadi politikus, Imran Khan unggul dalam penghitungan sementara pemilihan umum dan diperkirakan akan menang, Kamis (26/7). Rival utama Khan, Partai Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PLM-N) yang dipimpin mantan perdana menteri Nawaz Sharif, menolak apa pun hasil pemilu dengan tudingan ada kecurangan.

Partai Khan berasal, Pakistan Tahreek-e-Insaf (PTI), mengaku yakin akan menang meski diperkirakan akan gagal mendapatkan kursi mayoritas penuh dalam lembaga parlemen Dewan Nasional. Hasil resmi akan diumumkan pagi ini.

Hingga berita ini diturunkan, empat stasiun televisi lokal menempatkan PTI pada posisi pertama dan diperkirakan akan memenangi 107-120 dari total 272 kursi yang diperebutkan. PLM-N diperkirakan akan mendapatkan 42 sampai 69 kursi.

Dari kubu partai PML-N, saudara kandung mantan perdana menteri Nawaz, Shehbaz Sharif menolak hasil perundingan setelah menerima laporan tentara-tentara yang ditugaskan di tempat pemungutan suara telah memaksa para saksi keluar saat penghitungan suara dimulai.

"Ini jelas merupakan kecurangan. Kami sepenuhnya menolak hasil pemilu," kata dia.

Pemilu pada Rabu akan menjadi proses peralihan kekuasaan sipil yang kedua di Pakistan selama 71 tahun negara tersebut berdiri. Pemilu tahun ini juga penuh dengan kontroversi.

Angkatan bersenjata Pakistan dituding membantu Khan memenangi pemungutan suara setelah faksi yang sering melakukan kudeta itu pecah kongsi dengan Nawaz. Nawaz kini harus mendekam dalam penjara karena kasus korupsi.

Sekitar 371 ribu tentara ditugaskan menjaga bilik-bilik pemungutan suara di berbagai wilayah. Jumlah tersebut naik lima kali lipat dibanding pemilu sebelumnya pada 2013.

Tetapi ratusan ribu tentara tersebut gagal menghentikan aksi bom bunuh diri yang menewaskan 31 orang di dekat tempat pemungutan suara di Quetta, ibu kota Provinsi Baluchistan. Kelompok bersenjata ISIS mengaku bertanggung jawab.

Kelompok terbesar ketiga, Partai Rakyat Pakistan (PPP), juga menyampaikan saksi dari mereka diusir di sejumlah tempat pemungutan suara saat penghitungan mulai dilakukan. "Ini adalah ancaman besar. Pemilu ini bisa jadi tidak sah dan kami tidak menginginkannya," kata senator PPP, Sherry Rahman.

Sejumlah partai kecil lainnya juga mengeluhkan hal yang sama. Siapa pun yang pada akhirnya memerintah Pakistan akan menghadapi tantangan besar, dari upaya memulihkan perekonomian yang berada di ambang krisis hingga memburuknya hubungan dengan Amerika Serikat.

Sebagai tokoh yang mencitrakan diri antikorupsi, Khan menjanjikan negara sejahtera Islam dan mengaku akan memerangi para elite politik buas yang membajak pembangunan di negara berpenduduk sekitar 208 juta tersebut. "Ini adalah pemilu paling penting dalam sejarah Pakistan. Saya meminta semua orang menggunakan hak pilihnya pada hari ini," kata Khan di Islamabad.

Khan membantah dengan keras tudingan dirinya mendapat bantuan dari militer, sebuah faksi yang berkuasa di Pakistan selama puluhan tahun dan masih memegang otoritas penuh atas persoalan politik luar negeri dan keamanan. Angkatan bersenjata juga membantah telah mencampuri pemilu.

Pakistan Tahreek-e-Insaf (PTI) sedikit memimpin di atas PML-N dalam berbagai jajak pendapat nasional baru-baru ini. Tipisnya kemenangan yang diraih oleh TPI diperkirakan akan membuat mereka harus membentuk koalisi pemerintahan yang akan mempersulit pemerintahan baru menjalankan agenda kebijakan mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement