Jumat 17 Aug 2018 17:42 WIB

Mahathir Tiba di Cina

Kunjungan Mahathir dinilai sebagai tonggak baru hubungan Malaysia-Cina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Tun Mahathir Mohamad.
Foto: REUTERS/Lai Seng Sin
Perdana Menteri Tun Mahathir Mohamad.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad telah tiba di Cina pada Jumat (17/8). Ia akan melakukan kunjungan selama lima hari dan bertemu pejabat-pejabat tinggi Negeri Tirai Bambu. 

Dalam kunjungan tersebut Mahathir dijadwalkan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping dan Perdana Menteri Cina Le Keqiang. Ia pun akan dipertemukan dengan para pemimpin bisnis di Hangzhou dan Beijing.

Rencana perjalanan Mahathir termasuk kunjungan ke markas besar raksasa teknologi Cina, Alibaba. Ia juga akan menyempatkan diri berkunjung ke pabrik mobil Geely di Hangzhou.

Dalam wawancara dengan kantor berita Cina Xinhua pada Kamis (16/8), Mahathir mengatakan menjalin hubungan dengan Cina sangat penting. Ia mengaku menginginkan hubungan yang akrab dengan Beijing.

Baca juga, Kemenangan Mahathir dan Evaluasi Proyek Infrastruktur Cina.

Kementerian Luar Negeri Malaysia menyebut kunjungan Mahathir sebagai tonggak baru dalam konsolidasi hubungan bilateral. Kunjungan tersebut akan menetapkan pilar strategis baru guna meningkatkan kerja sama bilateral di masa mendatang.

Hal senada diungkapkan Duta Besar Cina untuk Malaysia Bai Tian. Ia mengatakan, Mahathir telah mengunjungi Cina sebanyak tujuh kali ketika menjadi perdana menteri pada 1981 hingga 2003.  "Kontribusinya yang penting meletakkan dasar yang kuat untuk hubungan bilateral yang komprehensif dan mendalam yang kita nikmati hari ini," kata Bai.

"Saya yakin bahwa kali ini, dia akan kembali mencari cara untuk lebih memperkuat dan meningkatkan hubungan dengan para pemimpin Cina dan menyuarakan cetak biru untuk kerja sama kedua negara pada masa depan," ujar Bai menambahkan.

Kerja sama ekonomi Malaysia dengan Cina telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Cina menjadi mitra dagang terbesar Malaysia selama sembilan tahun berturut-turut. "Namun kita masih memiliki potensi besar untuk dimasuki," ujar Bai.

Ia berhadap pascakunjungan Mahathir, terdapat lebih banyak perusahaan Cina yang datang ke Malaysia untuk berinvestasi. "Melakukan kerja sama yang menguntungkan, menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, menawarkan transfer teknologi, dan membawa lebih banyak manfaat bagi rakyat Malaysia," kata Bai.

Dalam kunjungannya, Mahathir diperkirakan akan turut membahas proyek infrastruktur di Malaysia yang bekerja sama dengan perusahaan Cina. Sejak terpilih sebagai perdana menteri, Mahathir memang menyoroti dan mengkritisi proyek infrastruktur di negaranya yang bekerja sama dengan Cina. Satu di antaranya adalah proyek East Coast Rail Link (ECRL).

Mahathir menilai proyek ECRL terlalu banyak menyedot anggaran. Proyek kereta api sepanjang 688 kilometer itu menghabiskan dana sekitar 14  miliar dolar AS. Oleh sebab itu, ia ingin merenegosiasi kesepakatan proyek tersebut.

Selain itu, Mahathir juga hendak meninjau ulang kesepakatan proyek pipa gas yang belum rampung. Proyek pipa gas senilai 10 miliar ringgit diberikan Suria Strategic Energy Resources (SSER) milik Kementerian Keuangan Malaysia kepada China Petroleum Pipeline Bureau pada November 2016. Perusahaan Cina menerima 88 persen dari pembayaran proyek meskipun hanya menyelesaikan 13 persen dari pekerjaan.

Keputusan Mahathir meninjau dan menegosiasi ulang kesepakatan infrastruktur dengan Cina berkaitan dengan beban utang yang tengah ditanggung Malaysia. Saat ini Malaysia memikul utang lebih dari 1 triliun ringgit atau setara 251 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement