Jumat 17 Aug 2018 22:37 WIB

Banjir Dahsyat Hantam India, 164 Orang Tewas

Diperkirakan 223 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

 Banjir India (ilustrasi).
Foto: REUTERS/Amit Dave
Banjir India (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KERALA -- Setidaknya 164 orang tewas dalam bencana banjir monsun yang menghancurkan negara bagian Kerala, India Selatan. Kejadian ini merupakan bencana terburuk di negeri itu dalam kurun waktu satu abad.

Tim penyelamat berjuang di tengah hujan lebat untuk menyelamatkan penduduk yang masih bertahan di rumah mereka. Diperkirakan hampir 223 ribu orang kehilangan tempat tinggal mereka karena bencana dahsyat itu.

Pemerintah setempat dikutip dari media lokal India mengatakan, banyak korban tewas tertimbun longsor. Hujan yang diprediksi mencapai siaga satu di wilayah itu membuat pihak bandara menutup operasi bandara hingga 26 Agustus mendatang.

Baca juga, Jumlah Korban Tewas Banjir Vietnam Melonjak.

Menteri Utama Negara India, Pinarayi Vijayan mengonfirmasi pada Jumat (17/8) jumlah korban tewas mencapai 164. Ia mengatakan, Pemerintah India telah dikerahkan untuk menyelamatkan warga yang terperangkap dalam banjir menggunakan helikopter dan skoci.

"Jangan abaikan evakuasi. Kami akan kirimkan bantuan kepada warga yang mengungsi ke tempat lebih tinggi," ujarnya dikutip laman BBC News, Jumat (17/8).

Menteri mengakui  bencana ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Kerala. "Hampir semua bendungan sekarang dibuka. Sebagian besar instalasi pengolahan air kami terendam, sehingga rusak," ujarnya.

Dia menambahkan, kegagalan pemerintah negara tetangga bagian Tamil Nadu untuk melepaskan air dari bendungan, telah memerburuk situasi Kerala.

Diketahui, Kerala memiliki 41 sungai yang mengalir ke Laut Arab. Bagian dari ibukota komersial Kerala, Kochi juga dihantam banjir. Banjir telah menyapu jalan raya dan membuat kereta api berhenti beroperasi. Wilayah itu termasuk tujuan wisata yang populer di India.

Sejumlah sekolah di 14 wilayah Kerala sudah ditutup dan beberapa wilayah melarang wisatawan, karena masalah keamanan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement