Selasa 21 Aug 2018 02:55 WIB

Terpisah 60 Tahun, Warga Korsel Lakukan Reuni di Korut

83 keluarga dari Korut dan 89 keluarga dari Korsel melakukan reuni

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
WIlayah perbatasan Korea Utara-Korea Selatan.
WIlayah perbatasan Korea Utara-Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Sekelompok warga Korea Selatan yang sudah lanjut usia berkunjung ke Korea Utara untuk menemui keluarga mereka yang telah terpisah lebih dari 60 tahun akibat perang Korea (1950-1953).

Dilansir dari BBC, Senin (20/8), Pertemuan antar keluarga Korea ini berlangsung mengharukan. Karena selama ini anggota keluarga di Semenanjung Korea ini terpisah antara dua negara yang tinggal di sisi yang berbeda. Kedua negara Korea yang selama lebih dari 60 tahun terus bersitegang setelah perang, tidak memungkinkan mereka selalu bertemu.

Keluarga dari Korea Selatan dipilih secara lotere, dimana yang tertua telah berusia 101 tahun. Reuni keluarga dua Korea ini pernah diselenggarakan sebelumnya. Namun reuni pertama dalam tiga tahun terakhir ini akan menjadi istimewa. Karena pertemuan singkat ini, diperkirakan akan menjadi pertemuan terakhir mereka.

Mereka yang terpilih diantaranya 83 keluarga dari Korea Utara dan 89 keluarga dari Korea Selatan. Awalnya terdapat 100 orang yang dipilih, namun sebagian mengundurkan diri, karena menyadari keluarga mereka di sisi lain Korea telah meninggal dunia.

Salah seorang wanita berusia 92 tahun, Lee Keum Seom kepada wartawan mengatakan, ia akan menemui putranya untuk pertama kali, setelah perang Korea. Lee Keum Seom kehilangan jejak putranya saat berusia empat tahun, ketika sang suami mencoba melarikan diri dari perang.

"Saya tidak pernah membayangkan hari ini akan datang," katanya kepada AFP. "Aku bahkan tidak tahu apakah dia hidup atau tidak," lanjut dia.

Hal senada disampaikan Moon Hyun Sook, yang berencana menemui adik perempuannya. "Aku lebih dari 90 tahun jadi aku tidak tahu kapan aku akan mati," kata Moon Hyun-sook kepada Reuters.

Selama bertahun-tahun di masa hubungan dua Korea relatif baik, pertemuan reuni keluarga sebenarnya telah berkali-kali diatur. Setidaknya telah 20 kali reuni keluarga terjadi dalam 18 tahun terakhir.

Reuni-reuni antara saudara dan saudari, orang tua dan anak-anak serta suami dan istri, yang selalu dipenuhi rasa haru dan emosional. Di sisi lain terdapat keluarga yang ikut reuni namun tidak mendapatkan anggota keluarga mereka, karena telah meninggal dunia.

Namun yang lebih mengharukan, setelah bertemu mereka tetap harus terpisah, karena waktu dan tempat yang tidak memungkinkan mereka selalu bersama. Kali ini hanya tujuh anggota keluarga yang bisa dipersatukan dengan keluarga dekat, seperti orang tua dengan anak mereka. Selebihnya merupakan kerabat dekat, seperti sepupu dengan keponakan.

Warga Korea Selatan yang melakukan reuni harus menghabiskan tiga hari di Korea Utara dengan pengawalan yang ketat. Mereka membawa banyak hadiah, seperti pakaian, makanan hingga obat-obatan untuk sanak keluarga yang lebih miskin di wilayah Korea Utara.

"Saya sudah menyiapkan untuk dia beberapa obat-obatan rumah tangga termasuk pil digester dan sakit kepala, suplemen nutrisi serta beberapa kebutuhan sehari-hari," kata Lee Soo Nam pria berusia 76 tahun, yang akan bertemu kakaknya, kepada Reuters.

Acara reuni ini difasilitasi oleh Palang Merah Dunia, hasil dari pertemuan bersejarah antara Kim Jong Un dari Korea Utara dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di perbatasan pada bulan April 2018 lalu.

Kedua pemimpin itu akhirnya bertemu kedua kalinya pada bulan Mei, di mana mereka setuju untuk melanjutkan reuni keluarga. Korea Selatan juga telah mengambil peran aktif dalam upaya untuk menengahi perseteruan antara Pyongyang dan Washington.

Pada bulan Juni, Kim Jong-un bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Singapura di mana mereka berjanji untuk bekerja menuju denuklirisasi, meskipun ada keraguan tentang seberapa tulus Korea Utara dalam komitmennya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement