Senin 27 Aug 2018 22:48 WIB

Surat Kabar Korut Tuduh AS 'Bermuka Dua'

AS dituding memiliki rencana jahat terhadap Pyongyang.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS Donald Trump saat berjalan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hotel Capella di Pulau Sentosa Singapura, Selasa (12/6).
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump saat berjalan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hotel Capella di Pulau Sentosa Singapura, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Surat kabar Korea Utara (Korut) yang dikendalikan pemerintah pada Ahad (26/8) waktu setempat menuduh Amerika Serikat (AS) bermuka dua dan memiliki rencana jahat terhadap Pyongyang. 

Surat Kabar Rodong Sinmun Korut menulis, unit khusus AS yang berbasis di Jepang sedang melakukan latihan udara yang ditujukan pada infiltrasi ke Pyongyang.

"Tindakan-tindakan semacam itu membuktikan bahwa AS sedang membangun rencana kriminal untuk melancarkan perang melawan Republik Rakyat Demokratik Korut (DPRK) dan melakukan kejahatan, AS layak mendapatkan hukuman Tuhan tanpa ampun jika AS gagal dalam skenario denuklirisasi DPRK yang tidak adil ," kata surat kabar itu.

"AS sibuk melakukan latihan rahasia yang melibatkan unit khusus pembunuhan manusia, sementara terpancar dialog dengan senyum di wajahnya," tambah pernyataan dalam koran tersebut.

Seorang juru bicara di Kedutaan Besar AS di Seoul mengaku belum memiliki informasi mengenai pernyataan yang dikeluarkan oleh surat kabar Korut itu. Juru bicara militer AS di Korea Selatan (Korsel) juga tidak bersedia untuk berkomentar dengan segera.

Baca juga, Pompeo: Korut Masih Produksi Bahan Bakar Bom Nuklir.

Isi surat kabar yang tidak menyebut pembatalan kunjungan Menlu AS Pompeo ini  mendesak Washington untuk menghentikan pertaruhan militer  tanpa tujuan. AS juga diminta menerapkan perjanjian Singapura pada Juni lalu.

Negosiasi di antara kedua negara telah dilakukan sejak KTT Presiden Donald Trump dengan pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura pada Juni lalu yang hasilnya masih buntu.

Pompeo mendesak langkah jelas Korut mengakhiri program nuklirnya. Sementara Pyongyang menuntut Washington membuat konsesi pertamanya sendiri. Sejak KTT di Singapura, kedua belah pihak berupaya untuk mempersemit perbedaan dalam program nuklir balistik Korut.

Pemerintahan Trump mengatakan kesepakatan damai dan konsesi lainnya hanya datang setelah denuklarisasi. Untuk meyakinkan Korut, Trump menunda latihan militer bersama dengan Korea Selatan (Korsel), namun latihan skala kecil masih terus berlanjut.

Trump dalam hal ini menyalahkan Cina karena kurangnya kemajuan dengan Korut dan menyarankan pembicaraan dengan Pyongyang bisa ditahan sampai setelah Washington menyelesaikan perselisihan perdagangan dengan Beijing.

Cina menyatakan "keprihatinan serius" tentang komentar Trump yang dinilai tak bertanggungjawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement