Kamis 06 Sep 2018 22:24 WIB

Kunjungi Korsel, Jokowi akan Bahas Perdamaian Dua Korea

Indonesia memberi dukungan pada perdamaian dan denuklirisasi Korea.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kanan) menerima kunjungan kenegaraan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in (kedua kiri) dan istri Kim Jung-sook (kiri) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (9/11).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kanan) menerima kunjungan kenegaraan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in (kedua kiri) dan istri Kim Jung-sook (kiri) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Korea Selatan (Korsel). Kunjungan tersebut akan dilaksanakan pada 10-11 September mendatang.

Selain membahas tentang peningkatan kerja sama bilateral, terutama di bidang ekonomi, dalam kunjungan itu Jokowi akan turut membahas tentang isu keamanan dan perdamaian di Semenanjung Korea.

"Salah satu isu yang akan dibahas termasuk isu Semenanjung Korea. Karena memang Indonesia senantiasa memberi dukungan terhadap upaya perdamaian di Semenanjung Korea dan denuklirisasi," ungkap Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Indonesia Edi Yusuf pada Kamis (6/9).

Isu Semenanjung Korea akan dibahas ketika Jokowi menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden Korsel Moon Jae-in. "Isu ini (Semenanjung Korea) menjadi isu yang akan dibahas kedua presiden," ujar Edi.

Isu denuklirisasi Semenanjung Korea telah menjadi sorotan dunia. Pada April lalu, KTT Antar-Korea telah digelar di Panmunjeom. Inilah momen Moon Jae-in untuk pertama kalinya bertemu dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un.

Pertemuan tersebut menghasilkan Deklarasi Panmunjeom. Dalam deklarasi itu, Kim da Moon berbagi komitmen tegas untuk mengakhiri segala perpecahan dan konfrontasi yang telah berlangsung sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953. Perang itu memang diakhiri dengan gencatan senjata tanpa kesepakatan damai antara kedua negara. Sebagai gantinya, Korut dan Korsel bertekad untuk memasuki era baru rekonsiliasi nasional, perdamaian, dan kemakmuran serta memupuk hubungan antar-Korea secara lebih aktif.

Korut dan Korsel pun berkomitmen untuk melakukan upaya bersama guna mengurangi ketegangan militer antara kedua negara. Hal ini secara praktis akan menghilangkan bahaya meletusnya perang di Semenanjung Korea. Terkait hal ini, Korut dan Korsel sepakat untuk melakukan pertemuan yang intens antara otoritas militer masing-masing, termasuk pertemuan antara menteri pertahanan. Tujuannya adalah untuk membahas dan memecahkan masalah militer yang muncul di antara kedua negara.

Dalam deklarasi itu, Korut dan Korsel juga mengonfirmasi tujuan bersama untuk mewujudkan denuklirasi lengkap, yakni Semenanjung Korea yang bebas nuklir. Kedua negara sepakat berbagi peran dan tanggung jawab untuk merealisasikan hal ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement