Senin 01 Oct 2018 18:30 WIB

Pasukan Korea Mulai Membersihkan Ranjau Darat

Militer kedua negara lakukan pembersihan di JSA yang masuk bagian Zona Demiliterisasi

Rep: Lintar Satria/ Red: Budi Raharjo
Tentara Korea Selatan berjaga di dekat Zona Demiliterisasi yang memisahkan dua Korea di Paju, Seoul. (ilustrasi)
Foto: Reuters/Lee Jae-Won
Tentara Korea Selatan berjaga di dekat Zona Demiliterisasi yang memisahkan dua Korea di Paju, Seoul. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pasukan Korea Selatan dan Korea Utara sudah mulai membersihkan lebih dari 800 ribu ranjau darat yang terbentang di seluruh perbatasan kedua negara tersebut. Di Korsel pembersihan ranjau mulai dilakukan di Daerah Keamanan Gabungan (JSA) di desa Panmunjom.

Ranjau-ranjau darat juga dibersihkan dari sebuah daerah dimana ratusan pasukan dari dua negara tewas saat Perang Korea 1955-1958. Langkah pembersihan ranjau ini sudah disepakati oleh dua pimpinan negara Presiden Korsel Moon Jae-in dan Pemimpin Korut Kim Jong-un pada akhir September lalu di Pyongyang.

Militer kedua negara melakukan pembersihan di JSA yang masuk bagian Zona Demiliterisasi serta di Cheorwon, Provinsi Gangwon. Rencananya pada tahun depan kedua negara akan melakukan ekskavasi sisa-sisa Perang Korea di Cheorwon.

"Mengenai pembersihan ranjau darat sebagai titik awal, militer dua negara Korea akan bekerja sama memastikan perjanjian militer akan dilaksanakan secara sistematis dan normal," kata pernyataan Kementerian Pertahanan Korsel dalam siaran pers mereka, seperti dilansir dari Yonhap, Senin (1/10).

Ditengah pembersihan ranjau darat di JSA yang akan berlangsung selama 20 hari Korsel dan Korut berserta Komando PBB (UNC) sebagai pihak asing yang berada di DMZ, akan meluncurkan perundingan trilateral. Perundingan tersebut akan membahas bagaimana militer kedua belah pihak beroperasi dalam peraturan gencatan senjata.

Perundingan tersebut juga akan membahas usulan tentang pertukaran 35 prajurit dua negara tersebut di JSA dalam operasi pertahanan kerja sama ini. Rencananya pasukan kedua negara menyebrangi perbatasan dengan bebas seperti sebelum 'insiden pembunuhan kapak' tahun 1976.

Pada tahun 1976 ada dua tentara Amerika yang dibunuh oleh tentara Korut saat sedang memotong pohon. Sejak saat itu kedua negara baik Korsel maupun Korut dilarang menyeberangi perbatasan dengan senjata.

Pembersihan ranjau darat di Cheorwon akan terus dilakukan sampai tanggal 30 November. Diprediksi masih ada 500 tentara kedua negara termasuk 300 tentara UNC yang terkubur di sana selama Perang Korea.

Proses ekskavasi akan dilakukan dari tanggal 1 April sampai 31 Oktober 2019. Untuk bisa sepenuhnya mengoperasikan fasilitas yang mempertemukan kedua keluarga yang terpisah karena Perang Korea di Gunung Kumgang, pada pertemuan tanggal 20 September lalu Moon Jae-in telah meminta Kim Jong-un untuk mencabut penyitaan aset Korea Selatan di daerah tersebut. itu.

Pada tahun 2008 sebuah proyek pariwisata dibatalkan setelah salah seorang turis Korsel terbunuh oleh salah satu tentara Korut. Sejak saat itu semua aset Korsel di sana disita Korut.

Korsel dan Korut pun sepakat untuk membuat sebuah fasilitas permanen di Gunung Kumgang. Fasilitas tersebut digunakan sebagai tempat pertemuan keluarga yang terpisah selama Perang Korea 1955 sampai 1958.

Dalam pertemuan tersebut Moon juga menyinggung kantor perhubungan kedua negara yang akan dibangun di perbatasan. Moon menambahkan Kim berjanji akan datang ke Seoul pada tahun 2018 ini yang artinya tidak hanya pertemuan rutin antar kedua negara tapi juga sebagai tanda kesungguhannya melakukan komunikasi lintas-batas.

Moon mengatakan untuk melaksanakan perjanjian-perjanjian dalam pertemuan itu Korsel dan Korut akan segera meluncurkan badan antar-pemerintah. Ia juga berjanji pejabat tinggi kedua negara akan segera melakukan pertemuan untuk membentuk badan antar-pemerintahan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement