Selasa 02 Oct 2018 18:59 WIB

Korea Utara tidak Berharap AS Deklarasi Akhiri Perang

Korut tegaskan komitmennya untuk denuklirisasi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6).
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG – Pemerintah Korea Utara (Korut) tidak akan mengharapkan Amerika Serikat (AS) mendeklarasikan akhir perang terhadapnya jika Washington tidak menginginkannya. Hal itu disampaikan media pemerintah Korut, Korean Central News Agency (KCNA), pada Selasa (2/10).

“Sekarang Korut dan AS bercita-cita, setelah pembentukan hubungan baru dalam semangat pernyataan bersama pada 12 Juni untuk mengakhiri hubungan agresif di antara mereka,” kata KCNA dalam siarannya dengan menggunakan bahasa Inggris, dikutip laman kantor berita Korea Selatan (Korsel), Yonhap.

“Tapi jika AS tidak ingin berakhirnya perang, Korut juga tidak akan terlalu berharap untuk hal itu,” kata KCNA menambahkan.

Menteri Luar Negeri Korut RI Yong-ho telah menyatakan negaranya berkomitmen kuat untuk melakukan denuklirisasi. Namun, proses tersebut membutuhkan kepercayaan penuh dari AS. “Tanpa kepercayaan AS, tidak akan ada kepercayaan pada keamanan nasional kita. Komitmen Pemerintah Korut terhadap denuklirisasi adalah solid dan tegas,” ujar Ri ketika berbicara di Majelis Umum PBB akhir pekan lalu.

Ia mengatakan negaranya telah mengambil langkah-langkah signifikan tahun lalu dalam rangka merampungkan proses denuklirisasi. Adapun langkah yang diambil antara lain menghentikan uji coba nuklir dan rudal, membongkar tempat uji coba nuklir, dan bersumpah tidak akan mengembangkan senjata serta teknologi nuklir. “Namun kami tidak melihat respons yang sesuai dari AS,” ujar Ri.

Menurutnya, AS selalu bersikeras dengan ‘denuklirisasi-pertama’ dan meningkatkan tekanan berupa sanksi terhadap negaranya. Ia mengaku menyayangkan sikap AS tersebut. “Kunci untuk mengonsolidasikan perdamaina dan keamanan di Semenanjung Korea adalah benar-benar menerapkan pernyataan bersama Korut-AS yang diadopsi pada Juni di pertemuan puncak di Singapura,” ucap Ri.

Presiden AS Donald Trump dan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un telah bertemu di Singapura pada 12 Juni. Itu merupakan pertemuan perdana keduanya setelah kerap terlibat aksi saling ancam dan kecam.

Seusai pertemuan itu, terdapat empat hal yang disepakati Trump dan Kim. Pertama Korut dan AS setuju menjalin hubungan baru yang mengarah ke perdamaian. Kedua, baik AS maupun Korut setuju untuk membangun rezim yang stabil di Semenanjung Korea.

Ketiga, mengacu pada Deklarasi Panmunjeom (hasil KTT Korut-Korsel), Korut menyatakan berkomitmen melakukan denuklirisasi menyeluruh di Semenanjung Korea. Kemudian terakhir, kedua negara sepakat memulangkan tahanan perang atau tentara yang dinyatakan hilang yang telah teridentifikasi.

Kendati telah menghasilkan kesepakatan, AS menyatakan sanksi terhadap Korut tak akan dicabut. Sanksi baru akan dilepaskan ketika negara tersebut melakukan denuklirisasi secara penuh dan dapat diverifikasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement