Selasa 16 Oct 2018 18:50 WIB

Pejabat Xinjiang Beri Penjelasan tentang Kamp Muslim Uighur

Cina mengklaim menghadapi ancaman militan Islamis.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Muslim Uighur dan Masjid Id Kah, Kashgar, Xianjiang, Cina.
Foto: farwestcina.com
Muslim Uighur dan Masjid Id Kah, Kashgar, Xianjiang, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kepala Pemerintahan Xinjiang, Shohrat Zakir, akhirnya buka suara mengenai dugaan penahanan massal minoritas muslim Uighur di sejumlah fasilitas penahanan. Dalam wawancara eksklusif dengan kantor berita Xinhua yang dipublikasikan pada Selasa (16/10), Zakir mengatakan wilayah Xinjiang sekarang sudah aman dan stabil.

Zakir yang juga seorang etnis Uighur menjelaskan, fasilitas itu dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan kerja dan kemampuan bahasa Mandarin di kalangan minoritas. Para minoritas selama ini dianggap memiliki kemampuan berbahasa Mandarin dan pengetahuan tentang hukum Cina yang terbatas.

"Melalui pelatihan ini, sebagian besar peserta pelatihan telah mampu merefleksikan kesalahan mereka dan melihat dengan jelas esensi dan bahaya terorisme dan ekstremisme agama," kata Zakir.

"Mereka juga bisa lebih baik dalam membedakan mana yang benar dan yang salah, serta melakukan infiltrasi pemikiran ekstremis," kata dia. Namun ia tidak mengatakan berapa banyak orang yang ditahan di fasilitas-fasilitas itu.

Cina mengatakan Xinjiang tengah menghadapi ancaman dari militan Islamis dan kelompok separatis. Meski demikian, Zakir menolak semua tuduhan aksi penganiayaan yang terjadi di suatu daerah, yang dilaporkan telah menewaskan ratusan orang dalam kerusuhan antara orang-orang Uighur dan etnis Han.

Komentar Zakir itu disampaikan sepekan setelah Xinjiang memasukkan klausul baru dalam peraturan anti-ekstremismenya. Dalam klausul itu dituliskan, fasilitas pendidikan bertujuan untuk mendidik dan mengubah orang-orang yang telah dipengaruhi oleh ekstremisme.

Kelompok-kelompok HAM mengatakan amandemen itu merupakan upaya untuk melegitimasi praktik penahanan Muslim Uighur secara retrospektif. Pada Selasa (16/10), sebuah editorial di tabloid nasionalis Cina, Global Times, memperingatkan pemerintah asing untuk tidak ikut campur dalam urusan Xinjiang.

Dilansir di Aljazirah, menurut panel PBB, diperkirakan sebanyak satu juta warga etnis Uighur dan minoritas Muslim Turki lainnya tengah ditahan di fasilitas-fasilitas penahanan Cina. Seorang mantan narapidana mengatakan mereka dipenjara karena melakukan pelanggaran, seperti memakai janggut panjang dan cadar, atau berbagi ucapan hari raya Islam di media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement